Pemerintah Tolak Bayar Tebusan US$8 Juta, Pilih Jalur Mandiri Pulihkan Data PDN

Akbar Evandio
Selasa, 25 Juni 2024 | 10:00 WIB
Menkominfo Budi Arie Setiadi saat ditemui di sela acara World Water Forum ke-10, di Bali Nusa Dua Convention Center, Minggu (19/5/2024). - Bisnis/Alifian Asmaaysi
Menkominfo Budi Arie Setiadi saat ditemui di sela acara World Water Forum ke-10, di Bali Nusa Dua Convention Center, Minggu (19/5/2024). - Bisnis/Alifian Asmaaysi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menegaskan bahwa pemerintah tidak akan memberikan sepeser pun permintaan tebusan dari peretas sistem Pusat Data Nasional (PDN).

Pemerintah akan terus berupaya membuka data terenskripsi tersebut memanfaatkan sumber yang ada. Adapun hari ini merupakan hari kelima data sistem PDN dikunci oleh lockbit.

“Tidak akan [pemerintah membayar permintaan peretas]," ujarnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/6/2024).

Dia mengamini bahwa meskipun mengalami kebobolan, tetapi menurutnya sistem pertahanan siber di Tanah Air tidak lemah. Apalagi, Budi menekankan bahwa saat ini pemerintah tengah mempercepat proses dalam meningkatkan keamanan siber.

“Ya tunggu aja, Tunggu aja ini lagi di ini. Yang penting pusat layanan untuk publik udah bisa kita atasin. Kami berusaha semaksimal mungkin. Kami lagi evaluasi BSSN lagi forensik,” ucapnya.

Di sisi lain, Ketua Umum Projo itu juga enggan mengungkap pihak mana yang melakukan peretasan. Meski begitu, dia menekankan bahwa pemerintah sedang membereskan peristiwa peretasan itu.

Lebih lanjut, Budi pun menambahkan bahwa meskipun mendapatkan aksi peretasan yang mengakibatkan PDN mengalami gangguan, tetapi data masyarakat tetap aman.

"Tunggu saja, lagi ini [pemulihan sedang dilakukan]. Yang penting pusat layanan untuk publik udah bisa kita atasi," tandas Budi.

Sekadar informasi, gangguan server Pusat Data Nasional (PDN) disebabkan oleh serangan ransomware LockBit 3.02. Bahkan, pihak peretas meminta tebusan kepada pemerintah hingga US$8 juta untuk menghentikan serangan terhadap pusat data nasional tersebut.

Sekadar informasi, LockBit bukanlah virus, melainkan salah satu grup peretas yang aktif sejak 2019 yang pada awalnya dikenal dengan nama ABCD merupakan grup operator ransomware.

Grup peretas itu sempat menginveksi Bank Syariah Indonesia (BSI) dengan menggunakan Ransomware-as-a-Service (RaaS) yang merupakan warisan dari Lockbit dan Lockbit 2.0. LockBit, yaitu varian terbaru versi 3.0 atau juga dikenal dengan Lockbit Blackz

Serangan tersebut memiliki kemampuan yang mampu menyesuaikan berbagai opsi selama kompilasi dan eksekusi muatan. LockBit 3.0 menggunakan pendekatan modular dan mengenkripsi muatan hingga eksekusi, yang menghadirkan hambatan signifikan untuk analisis dan deteksi malware.

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper