Bisnis.com, JAKARTA – Sebanyak 80% perusahaan di dunia mengakui inovasi mereka terhambat oleh teknologi yang tidak memadai atau usang. Di Asia Pasifik (APAC), 93% eksekutif tingkat C-suite yakin infrastruktur warisan menghambat kegesitan bisnis secara signifikan.
Temuan ini berdasarkan lifecycle management Report yang dirilis NTT DATA hasil penelitian selama 2022 - 2023 dengan data lebih dari 248 juta aset aktif di 130 negara, didukung oleh tanggapan dari hampir 1.400 pengambil keputusan teknologi senior, termasuk 379 dari wilayah APAC.
Vice President of Networking GTM at NTT DATA Gary Middleton menilai lifecycle management yang tidak efisien tidak hanya menjadi penghambat operasional, melainkan juga menimbulkan banyak risiko terhadap keamanan dan kelangsungan usaha.
“Melalui Lifecycle Management Report, tujuan kami adalah membantu perusahaan meningkatkan proses infrastructure lifecycle mereka dan mendapatkan manfaat besar dari hal tersebut” kata Middleton dalam keterangan resmi, Kamis (13/6/2024).
Lebih jauh, laporan menemukan bahwa lebih dari dua pertiga atau sebanyak 69% dari perangkat keras yang saat ini aktif di wilayah APAC tidak lagi memadai pada 2027.
Sementara modernisasi yang cepat, serta penyebaran model konsumsi teknologi yang diiringi dengan ekosistem pemasok yang semakin rumit dan terfragmentasi, membuat banyak organisasi sulit memelihara infrastruktur teknologi.
Baca Juga Apa Itu Teknologi "Direct to Cell" Starlink? Benarkah HP Bisa Internetan Tanpa Operator Seluler? |
---|
Selain itu, pola lifecycle yang tidak selaras dapat mengakibatkan tingkat cakupan yang tidak memadai, pembaruan yang memakan banyak tenaga kerja, perpanjangan waktu penyelesaian insiden, pelanggaran keamanan, hingga pelanggaran lisensi serta masalah kepatuhan yang mahal.
Laporan juga menyebuttkan hanya 59% korporasi di APAC yang mampu sepenuhnya menyelaraskan pendekatan teknologi mereka dengan kebutuhan strategi bisnis. Sementara itu, 71% aset jaringan perusahaan di APAC sebagian besar sudah tua atau usang.
Untuk mengurangi risiko sembari memaksimalkan nilai perangkat keras dan perangkat lunak yang menjalankannya, para pemimpin perusahaan dianjurkan mengembangkan pandangan holistik tentang aset teknologi yang memungkinkan rasionalisasi siklus hidup yang mungkin tidak selaras.
Lalu, memberikan dukungan untuk standarisasi praktik pengadaan dan penyederhanaan lingkungan multi-vendor suatu perusahaan seiring dengan semakin terfragmentasinya ekosistem.
Kemudian, menciptakan panduan untuk mengoptimalkan biaya sekaligus meningkatkan penyediaan layanan, baik secara internal maupun untuk pemangku kepentingan eksternal dan pelanggan.
Terakhir, memiliki pemahaman yang lebih baik tentang manfaat keberlanjutan yang dapat dihasilkan oleh prosedur lifecycle management yang lebih baik.