Pakar Sebut Suhu Panas Ekstrem di Asia Akibat Perubahan Iklim

Aprianto Cahyo Nugroho
Rabu, 15 Mei 2024 | 07:41 WIB
Ilustrasi gelombang panas atau heatwave. Dok BMKG
Ilustrasi gelombang panas atau heatwave. Dok BMKG
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Tim ilmuwan Internasional menyatakan suhu panas ekstrem di Asia bulan lalu terjadi akibat dampak dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Melansir Reuters,  Rabu (15/5/2024), Ahli iklim dari kelompok World Weather Attribution mengatakan dalam sebuah laporan bahwa miliaran orang di seluruh benua Asia terkena dampak dari suhu yang memecahkan rekor selama bulan April.

Sekolah-sekolah terpaksa ditutup, tanaman-tanaman rusak dan ratusan orang meninggal akibat penyakit-penyakit yang berhubungan dengan suhu panas

Myanmar, Laos dan Vietnam mengalami hari-hari terpanas di bulan April, sementara suhu di India mencapai 46 derajat Celcius.

Dosen senior Ilmu Iklim Grantham institute of Climate Change and the Environment Friederike Otto mengatakan suhu di Asia melonjak pada April hingga menyebabkan korban jiwa dari Delhi hingga Manila.

"Gelombang panas selalu terjadi. Namun, tambahan panas yang disebabkan oleh emisi dari minyak, gas, dan batu bara mengakibatkan kematian bagi banyak orang,” ungkap Otto, yang merupakan salah satu penulis laporan tersebut.

Di Filipina, salah satu negara yang paling parah terkena dampaknya, pemerintah mengeluarkan peringatan kesehatan, menutup sekolah-sekolah dan menjatah pasokan listrik karena suhu yang melonjak mengancam jaringan listrik di negara itu.

”Suhu panas ekstrem selama 15 hari, yang dimulai pada pertengahan bulan ini, hampir tidak mungkin terjadi, bahkan di bawah kondisi El Nino tanpa dampak pemanasan global yang disebabkan oleh ulah manusia,” demikian tulis laporan tersebut.

Beberapa bagian dari Timur Tengah mengalami suhu yang memecahkan rekor pada tanggal 24-26 April, dengan Tel Aviv mencapai 40,7C. Suhu ekstrem di Asia barat menjadi lima kali lebih mungkin terjadi akibat perubahan iklim, menurut perkiraan laporan tersebut.

"Suhu panas yang kita lihat benar-benar memperparah krisis yang sudah mengerikan saat ini di Gaza," ujar Carolina Pereira Marghidan dari Pusat Iklim Bulan Sabit Merah Palang Merah.

Suhu di sekitar Kolkata, India, pada akhir April mencapai 46C, 10C lebih tinggi dari rata-rata musiman, dan perubahan iklim membuat suhu ekstrem di seluruh Asia Selatan sekitar 45 kali lebih mungkin terjadi, tambah laporan tersebut.

Marghidan mengatakan pemerintah-pemerintah di Asia perlu mengambil tindakan untuk beradaptasi dengan suhu yang melonjak dan meminimalkan risiko kesehatan, terutama pada kelompok masyarakat yang rentan.

"Mengingat laju peningkatan suhu panas yang ekstrem... kami melihat adanya kebutuhan besar untuk meningkatkan rencana aksi panas dan rencana yang sudah ada saat ini untuk diperbaiki di seluruh Asia," katanya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper