Gelombang Panas Picu Lonjakan Penggunaan AC di Asia

Rika Anggraeni
Sabtu, 4 Mei 2024 | 21:45 WIB
Ilustrasi pendingin ruangan atau air-conditioning (AC). Dok Freepik
Ilustrasi pendingin ruangan atau air-conditioning (AC). Dok Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Gelombang panas (heat wave) yang tengah melanda sebagian wilayah Asia mendorong peningkatan permintaan untuk opsi pendinginan, termasuk penggunaan pendingin ruangan atau air-conditioning (AC). Kondisi ini menunjukkan permintaan akan pendinginan meningkat secara signifikan.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena gelombang panas tidak terkait dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia.

Sebab, fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan merupakan kejadian yang bersiklus terjadi setiap tahun sebagai akibat dari adanya gerak semu matahari dan kondisi cuaca cerah pada siang hari.

Dilansir dari The Economic Times, Sabtu (4/5/2024), para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia akan menghasilkan gelombang panas yang lebih sering, lebih lama, dan lebih intens.

Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) pada 2019 menunjukkan bahwa hanya 15% rumah di Asia Tenggara yang memiliki pendingin udara (AC).

Namun, angka tersebut tidak mencerminkan variasi yang sangat besar dalam tingkat pemasangan AC di berbagai negara di Asia Tenggara. Tingkat pemasangan tersebut berkisar dari sekitar 80% di Singapura dan Malaysia, hingga kurang dari 10% di Indonesia dan Vietnam.

Sementara itu, ramalan menunjukkan bahwa suhu yang lebih tinggi dan pendapatan yang lebih baik dapat menyebabkan lonjakan jumlah unit AC di Asia Tenggara dari 40 juta pada 2017 menjadi 300 juta pada 2040. Hal ini akan menimbulkan tekanan pada kapasitas listrik lokal, yang sudah kesulitan di bawah kondisi saat ini.

Imbasnya, peningkatan drastis dalam penggunaan AC akan menuntut lebih banyak pasokan listrik, yang mungkin sulit dipenuhi oleh infrastruktur listrik yang ada.

Menurut IEA, penggunaan AC telah menyebabkan emisi sekitar satu miliar ton metrik karbon dioksida per tahun dari total 37 miliar ton yang dipancarkan secara global. Hal ini menunjukkan bahwa AC memberikan kontribusi yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca secara global.

Dengan permintaan yang meningkat, puluhan negara tahun lalu mendaftar ke Pledge Pendinginan Global Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebuah komitmen untuk meningkatkan efisiensi AC dan mengurangi emisi dari semua bentuk pendinginan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper