Menkominfo Cawe-cawe Merger XL Axiata (EXCL) - Smartfren (FREN)

Crysania Suhartanto,Leo Dwi Jatmiko
Rabu, 27 Maret 2024 | 07:00 WIB
Teknisi melakukan pemeliharaan perangkat BTS di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Kamis (9/2/2023).
Teknisi melakukan pemeliharaan perangkat BTS di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Kamis (9/2/2023).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi kembali berbicara mengenai merger PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN), di tengah kondisi industri telekomunikasi yang kurang sehat. 

Dikutip dari data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), industri telekomunikasi tumbuh melambat ke level 7,19% secara tahunan pada triwulan I/2023, padahal pada triwulan I/2022 pertumbuhan industri masih 8,75%. 

Selain itu, pertumbuhan yang lambat juga tercermin dari ARPU (average revenue per user) yang juga mengalami penurunan drastis. ARPU merupakan salah satu indikator kesehatan industri telekomunikasi.  

Tiga dekade lalu, sebelum maraknya layanan data dan sosial media, ARPU operator telekomunikasi, khususnya selular mencapai Rp75.000—100.000. Namun pada akhir 2022, tidak ada satu pun operator selular yang ARPU gabungannya (prabayar dan pasca bayar) menyentuh angka Rp50.000.

Di tengah kondisi tersebut, perusahaan  telekomunikasi diwajibkan untuk membayar Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi, BHP Universal Service Obligation (USO), dan BHP telekomunikasi sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor telekomunikasi.

Pekerja memperbaiki BTS
Pekerja memperbaiki BTS

Pendapatan yang turun diiringi dengan beban telekomunikasi yang tetap membuat rasio beban terhadap pendapatan operator seluler makin tinggi hingga mencapai 12,2%, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di Asia Tenggara yang sebesar 7%. Normalnya, menurut GSMA, rasio BHP terhadap pendapatan di bawah 5%. 

Adapun XL Axiata dan Smartfren, tengah berusaha untuk tumbuh secara berkelanjutan.  

Sebagai informasi, XL Axiata mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2023. Pendapatan EXCL tumbuh menjadi Rp32,3 triliun, dengan laba bersih naik menjadi Rp1,27 triliun pada 2023.

Pendapatan EXCL naik dari Rp29,14 triliun 2022, menjadi Rp32,3 triliun pada 2023. Pendapatan EXCL naik 10,91% secara year on year (yoy) atau secara tahunan. Pendapatan tersebut disumbangkan oleh 57,5 juta pelanggan yang dimiliki perusahaan. 

Sementara itu, Smartfren membukukan rugi bersih sebesar Rp599,6 miliar pada kuartal III/2023, meski pendapatan perseroan tumbuh 4,1% secara tahunan menjadi Rp8,629 triliun. 

Pengguna menggunakan smartphone di depan logo XL Axiata
Pengguna menggunakan smartphone di depan logo XL Axiata

Budi mendorong adanya merger XL Axiata dan Smartfren, dengan harapan ekosistem industri telekomunikasi menjadi lebih sehat dan efisien. Menurutnya, tiga operator saja cukup untuk menyediakan jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia.

“Lebih sehat dan lebih efisien. Tiga kan cukup lah,” ujar Budi kepada wartawan di BSD, Selasa (26/3/2024).

Sekadar informasi, saat ini jumlah operator seluler di Tanah Air sebanyak 4 operator yaitu Telkomsel, Indosat, XL Axiata dan Smartfren. Keempat operator tersebut memperebutkan pasar seluler dalam negeri, di tengah rasio biaya regulator terhadap pendapatan yang terus meningkat dan disrupsi OTT.

Adapun Budi mengaku sudah diberitahu perihal merger tersebut dari masing-masing perusahaan. Namun, dia tidak tahu terkait tanggal merger ataupun informasi teknis dari aksi korporasi ini. 

Budi mengatakan hal tersebut sudah masuk ke ranah kebijakan business to business (B2B) dan bukan pemerintah.

Budi juga masih belum mengetahui apabila kedua perusahaan ini akan merger setelah atau sebelum lelang frekuensi 700Mhz dan 26Ghz. 

“Itu B2B saja, yang seperti itu kan ranahnya sudah teknis. Itu sudah kebijakan korporasi dengan korborasi, sudah biar saja mereka [yang jawab]. Kalau kita kan cuma, ya lu udah merger aja sudah,” ujar Budi.

Cerita Lama

Kisah merger XL Axiata dan Tri berhembus hampir setiap tahun. Keduanya saling terbuka, tetapi tidak ada perkembangan.

Pada Oktober 2021, sumber anonim Bloomberg melaporkan bahwa Axiata Group Bhd dan Grup Sinarmas dikabarkan tengah menjajaki opsi merger pada unit usaha di Indonesia, yakni XL Axiata dan Smartfren. 

Axiata Group Bhd dan Grup Sinarmas bekerja sama dengan penasihat untuk mempertimbangkan opsi yang juga dapat mencakup kesepakatan seputar berbagi jaringan telekomunikasi mereka. 

Saham XL Axiata dan Smartfren melonjak pada aksi sesi I perdagangan Jumat setelah pengumuman tersebut.  Perwakilan Axiata dan Sinar Mas menolak berkomentar mengenai hal ini.  

Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys hanya mengatakan bahwa dirinya terbuka untuk berkonsolidasi, selama kedua pihak mendapat manfaat yang sama.  

“Smartfren terbuka untuk berkonsolidasi atau berkolaborasi dengan pelaku industri lain yang bertujuan untuk efisiensi operasional,” kata Merza. 

Senada, Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini juga mengatakan perusahaan selalu terbuka dengan berbagai kemungkinan untuk berkonsolidasi dengan pihak manapun. 

Rumor tersebut berhembus usai CK Hutchison Holdings Ltd dan Ooredoo QPSC Qatar sepakat untuk menggabungkan bisnis telekomunikasi Indonesia mereka dalam transaksi senilai US$6 miliar. 

Kemudian pada 2023, dalam sebuah acara diskusi, kode merger tersebut kembali dilontarkan.  Merza Fachys kembali melempar kode untuk merger saat membawakan paparan materi dan duduk bersebelahan dengan Presiden sekaligus CEO XL Axiata, Dian Siswarini. 

Mereka pun sempat bersalaman pada awal acara. Kemudian, di tengah paparan terkait lelang spektrum, Merza pun mulai melakukan kode pada XL. 

“Kalau kita mau jaga, pemain ini berempat. Atau kalau konon kemudian, tadi barusan saya salaman (dengan XL) siapa tahu menjadi bertiga, gitu kan?” ujar Merza sembari menengok ke Dian, Kamis (24/8/2023). 

Ucapan Merza pun disambut dengan gelak tawa dari para audiens termasuk Dian.

Pada saat itu XL Axiata merupakan operator seluler terbesar di Indonesia nomor tiga, sementara Smartfren nomor empat. Jumlah pelanggan XL Axiata sebesar 58 juta, dan Smartfren menargetkan 38 juta pelanggan pada 2023. 

Jumlah pelanggan keduanya tertinggal jauh dari Indosat yang telah menembus 100 juta pelanggan setelah melebur dengan Tri Indonesia, pun dengan spektrum frekuensi yang dimiliki. 

XL Axiata mengoperasikan 45 MHz untuk uplink dan 45 MHz untuk downlink, total ada 90 MHz, dengan pita frekuensi 1,9 GHz dan 2,1 GHz digunakan untuk 5G. 

Smartfren mengoperasikan 11 MHz untuk uplink dan 11 MHz untuk downlink di pita 800 MHz, dan 40 MHz di pita 2,3 GHz

Adapun Indosat mengoperasikan 67,5 MHz untuk uplink dan 67,5 mHz untuk downlink. Total, spektrum yang dimanfaatkan oleh ISAT adalah 135 MHz, dengan frekuensi 2,1 GHz dan 1,8 GHz digunakan untuk 4G LTE dan 5G NR. 

Untuk mendekatkan jarak dengan indosat sebagai operator terbesar nomor 2 di Indonesia, Smartfren dan XL Axiata memang dihadapkan dengan pilihan melebur agar lebih efisien dalam beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper