Bisnis.com, JAKARTA – Pendiri Meta, Mark Zuckerberg, melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida membahas persoalan artificial intelligence (AI) dalam kunjungannya ke Asia.
“Kami melakukan perbincangan yang baik serta produktif mengenai AI dan masa depan teknologi,” kata Zuckerberg dalam komentar singkatnya kepada wartawan di kediaman perdana menteri di Tokyo, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/2/2024).
Pertemuan tersebut dilakukan menyusul laporan bahwa Zuckerberg akan mengunjungi Korea Selatan pada akhir bulan ini untuk membahas AI dengan salah satu produsen gawai terbesar dunia, Samsung Electronics.
Dalam kunjungannya ke Negeri Ginseng, Zuckerberg kemungkinan juga akan bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol. Kunjungan ke Korea Selatan ini dikonfirmasi oleh induk usaha Facebook ini pekan lalu.
Zuckerberg bukanlah orang pertama yang menemui PM Jepang menyangkut AI. Tahun lalu, Kishida bertemu dengan CEO OpenAI Sam Altman dan CEO Nvidia (NVDA.O) Jensen Huang membahas regulasi dan infrastruktur AI.
Belakangan, AI memang menjadi sorotan utama Meta. Induk usaha Facebook dan Instagram itu bahkan membentuk tim penanganan disinformasi dan penyalahgunaan kecerdasan buatan AI menjelang pemilihan umum Parlemen Eropa.
Pesatnya perkembangan AI dalam memproduksi berbagai konten baik dalam bentuk teks, gambar, maupun video dalam waktu singkat memicu ketakutan terhadap penyalahgunaan teknologi ini.
Perwakilan Meta di Uni Eropa Marco Pancini mengatakan perusahaan bakal mengaktifkan Elections Operations Center untuk mengidentifikasi ancaman serta melakukan mitigasi secara real time.
Sejumlah ahli lain mulai dari perusahaan AI, data science, permesinan, peneliti, kebijakan, hingga tim legal bakal bekerja sama menangani konten disinformasi dan konten hasil penyalahgunaan AI.
Meta juga menambah 3 mitra organisasi cek fakta yang berasal dari Bulgaria, Prancis, dan Slovakia. Sebelumnya, platform Mark Zuckerberg itu bekerja sama dengan 26 organisasi cek fakta.
Selain itu, Microsoft, OpenAI, dan 17 perusahaan teknologi lainnya menjalin kerja sama menyetujui kerja sama dengan Meta.
Kerja sama ini bertujuan mencegah gangguan konten-konten palsu buatan AI jalannya pemilihan umum di berbagai negara yang berlangsung sepanjang tahun ini.
Mengutip situs resmi Meta, lebih dari 68 juta konten di UE via Facebook dan Instagram telah diberi label pengecekan fakta.
Sebanyak 95% pengguna dilaporkan tidak mengakses konten dengan label tersebut. Sejak 2016, Meta menginvestasikan lebih dari US$20 miliar untuk keselamatan, keamanan, dan meningkatkan jumlah tim global hingga 4 kali lipat menjadi sekitar 40.000 orang.
Jumlah ini mencakup 15.000 peninjau konten di Facebook, Instagram, dan Threads dalam lebih dari 70 bahasa — termasuk 24 bahasa resmi Uni Eropa.