Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan modal ventura, East Ventures memprediksi pendanaan di 2024 akan pulih secara bertahap, sehingga startup harus memiliki strategi agar bisa bertahan setidaknya hingga 2025.
Managing Partner East Venturess Roderick Purwana mengatakan jika memang satu-satunya cara untuk membuat perusahaan bisa bertahan adalah melakukan efisiensi, maka hal tersebut harus dilakukan.
“Perusahaan perlu memastikan bahwa mereka memiliki runway yang cukup hingga pendanaan selanjutnya atau hingga mencapai profitabilitas, sehingga beberapa tindakan efisiensi pun perlu dilakukan, dalam memastikan operasional perusahaan masih berlangsung,” ujar Roderick kepada Bisnis.com, Jumat (26/1/2024).
Lebih lanjut, Roderick mengaku ada hal-hal lain yang harus diperhatikan perusahaan untuk dapat bertahan. Pertama, adalah sifat agile, resilience, prudence, dan disiplin.
Menurut Roderick, setiap perusahaan harus dapat beradaptasi dan berinovasi sesuai dengan pergerakan pasar atau kebutuhan masyarakat.
“East Ventures turut menganjurkan untuk perusahaan yang merupakan portofolionya untuk berfokus pada kemampuan utama masing-masing,” ujar Roderick.
Kemudian, kata Roderick untuk para perusahaan yang sudah berhasil masuk ke tahap lanjutan, mereka harus mulai memastikan bahwa setiap transaksi yang dibuat bisa menguntungkan dan bertujuan pada keberlangsungan bisnis.
Roderick mengaku saat ini investor masih akan berhati-hati dalam memberikan pendanaan, karena kenaikan suku bunga bertubi-tubi di Amerika, inflasi yang susah dikontrol, tekanan geopolitik, dan pergantian kepemimpinan di beberapa negara.
Namun, Roderick optimistis uang masih tersedia bagi perusahaan yang baik. Oleh karena itu, Roderick memastikan perusahaannya terus bekerja sama dengan startup portofolionya untuk memetakan kondisi dan membantu agar bisa tetap berkelanjutan.
“Kami juga menghadirkan berbagai platform yang dapat menjadi sarana untuk mereka dalam saling membagikan pengalaman dan tren, yang pada akhirnya memungkinkan terjadinya kolaborasi di antara perusahaan ini atau pun kolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya,” ujar Roderick.
Sebagai informasi, data dari Mandiri Capital Investment menemukan pendanaan dan deal ke startup Indonesia jauh menurun sejak semester II/2021.
Diketahui, pada saat itu pendanaan bisa mencapai US$8.454 juta (Rp133,7 triliun) dengan 145 deal, lalu menurun menjadi US$2.470 juta (Rp39 triliun) pada semester I/2022. Namun memang, saat itu angka dealnya meningkat menjadi 190 deal.
Kemudian, kembali menurun menjadi US$1.146 juta (Rp18,1 triliun) pada semester II/2022 dengan 155 deal, dan menurun pada semester I/2023 dengan 95 deal seharga US$439 juta (Rp6,9 triliun). Terakhir pada semester II/2023, jumlah total investasi hanya US$259 juta (Rp4 triliun) dengan hanya 15 deal.