Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan teknologi PT Jasnita Telekomindo Tbk. (JAST) tengah membuat solusi teknologi CCTV berbasis AI yang diklaim dapat menggantikan satpam di Ibu Kota Negara (IKN) dan supermarket berkurang.
Perusahaan juga dapat melakukan efisiensi 50% untuk keamanan.
Presiden Direktur JAST Yentoro Hadiwibowo mengatakan program yang ditawarkannya dapat menganalisa gerak-gerik orang dengan realtime dan ketika ada sebuah anomali, program tersebut akan langsung menginformasikan hal tersebut kepada pemilik data.
“Kita realtime, kalau ada alert, kita langsung tahu bahwa di sana ada kejadian, karena itu mereka bisa mereduksi cost itu dengan mengurangi jumlah satpam, karena tidak perlu,” ujar Yentoro kepada Bisnis, Kamis (18/1/2024).
Lebih lanjut, Yentoro mengatakan nantinya JAST akan mengincar pasar pemerintahan, perbankan, ritel modern, kawasan industri, hingga properti developer.
Salah satu yang telah dilakukan adalah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Bandung untuk memantau plat nomor yang masuk ke kotanya. Nantinya, JAST dapat menganalisa kendaraan bermotor dari daerah mana yang paling banyak berlalu-lalang di kota Bandung.
Lebih lanjut, Yentoro juga menyebutkan bahwa JAST sudah diundang oleh Otorita IKN untuk berpartisipasi dalam implementasi smart city. Nantinya, teknologi ini akan digunakan di daerah sekitar Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“Sementara kita akan berada di area di sekitar IKN, kalau ring 1 kan provider yang baru sudah ditunjuk kan baru dua, Telkom dan Ikon Plus, yang lain-lain belum,” ujar Yentoro.
Dengan demikian, dengan adanya teknologi ini, Yentoro mengatakan nantinya angka pemeliharaan operasional serta investasi untuk penyimpanan data akan berkurang. Yentoro mengatakan efisiensi biaya akan menyentuh 50% tergantung dengan paket yang digunakan.
Dikutip dari Reuters, banyak perusahaan di 2024 akan mengadopsi AI untuk optimisasi pekerjaan. Dari survei PWC terhadap lebih dari 4.700 CEO di seluruh dunia, sebanyak 45% di antaranya khawatir bisnis mereka tidak akan dapat bertahan dalam satu dekade ke depan tanpa adanya terobosan baru.
Tak heran, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan sebanyak 40% dari total pekerjaan di dunia akan terdampak oleh AI. Negara maju diprediksi menjadi yang paling terdampak oleh teknologi ini.