Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tengah mengkaji dampak wahana dirgantara High Altitude Platform Station (HAPS) atau yang disebut juga sebagai base transceiver station (BTS) terbang terhadap bisnis menara telekomunikasi di Indonesia.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Usman Kansong mengatakan salah satu yang jadi pertimbangan utama adalah keefektifan dalam mengatasi persoalan geografis di Indonesia.
“Masih harus kita kaji lagi ya, sejauh mana efektivitasnya [HAPS] dalam mengatasi persoalan geografis di Indonesia yang cukup menantang dan luas,” ujar Usman kepada Bisnis, Selasa (26/12/2023).
Sekadar informasi, wilayah Indonesia yang terjal menjadi salah satu tantangan dalam penggelaran menara telekomunikasi. Sulit bagi perusahaan telekomunikasi untuk menjangkau wilayah pegunungan dan lain sebagainya.
Adapun hingga kuartal III/2023 kinerja emiten menara telekomunikasi cukup cemerlang.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2023, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mencetak pendapatan senilai Rp4,95 triliun sepanjang 9 bulan 2023.
Pendapatan ini naik 0,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,92 triliun. Pendapatan TBIG ini dikontribusikan dari pendapatan sewa dari PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) senilai Rp1,69 triliun.
Emiten menara Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) menargetkan pendapatan senilai Rp11,5 triliun sepanjang tahun 2023.
Dalam materi paparan publiknya, TOWR menuturkan menargetkan revenue sebesar Rp11,5 triliun, dengan target EBITDA Rp9,8 triliun sepanjang tahun 2023.
PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp1,43 triliun hingga kuartal III/2023.
Bisnis mencoba menghubungi Direktur Tower Bersama Yusma Santoso, Wakil Direktur Utama TOWR Adam Ghifari dan VP Legal Corporate Secretary Mitraltel Mulyanto, mengenai dampak HAPS terhadap bisnis menara. Ketiganya enggan memberi jawaban secara konkret.
Usman melanjutkan, Kemenkominfo juga mengkaji dampak HAPS terhadap pesawat terbang. Saat ini, pesawat terbang lokal terbang di ketinggian 400 kaki atau sekitar 12-14 kilometer di atas permukaan laut.
Sementara BTS terbang akan berada di ketinggian 18 hingga 25 kilometer di atas permukaan laut. Oleh karena itu, Usman mengatakan BTS terbang ini jangan sampai mengganggu penerbangan lokal.
Selain itu, lanjut Usman, hal lainnya yang jadi pertimbangan adalah spektrum yang akan digunakan oleh BTS terbang. Menurut Usman, Kemenkominfo masih belum mengetahui jika spektrum yang akan dipakai oleh BTS terbang perlu dikosongkan terlebih dahulu atau tidak.
“Perlu kita kaji. Seperti apa, begitu kan. Apakah bisa kita replace, ya kita gantikan dan seterusnya. Jadi masih butuh waktu lah ya untuk mengkaji ini,” ujar Usman.
Namun, Usman mengaku pemerintah menyambut positif teknologi baru ini karena bisa mengatasi kendala-kendala yang ada dari infrastruktur saat ini. Usman pun memastikan teknologi baru ini tidak akan benar-benar menggantikan menara.
“Tidak menggantikan sama sekali. Satelit tetap kita pakai, menara BTS juga tetap kita pakai, fiber optik juga tetap kita pakai,” ujar Usman.
Selain itu, Usman mengatakan Kemenkominfo juga akan berbicara dengan penyedia teknologi terkait perihal biaya dan hal-hal krusial lainnya.
Sebagai informasi, World Radiocommunication Conference (WRC) 2023 memutuskan wahana dirgantara super atau High Altitude Platform Station (HAPS) dapat beroperasi di Indonesia dengan menggunakan empat frekuensi di pita 900 MHz, 1800 MHz, 2,1 GHz dan 2,6 GHz.
HAPS nantinya dapat mengangkut base transceiver station (BTS) 4G di ketinggian 18 km-25 Km (stratosphere) atau lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian satelit orbit rendah, seperti Starlink, yang sekitar 550 km.
Penempatan BTS di udara ini menjadi tahap lanjut perihal pengoperasian BTS, yang selama ini cenderung diletakan di tanah dan menempel dengan menara telekomunikasi. Maka, tidak heran jika HAPS kemudian disebut sebagai BTS terbang.
Sekadar informasi, salah satu perusahaan yang berfokus dalam pengembangan HAPS adalah Softbank. Belum lama mereka melakukan uji coba HAPS dan berhasil memverifikasi teknologi optimasi area cakupan yang memaksimalkan kapasitas komunikasi di seluruh area komunikasi yang dicakup oleh HAPS.
Dilansir dari Satnews, uji coba lapangan menggunakan antena silinder siap 5G yang dikembangkan oleh SoftBank pada Desember 2023.