Bisnis.com, JAKARTA - PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menjanjikan pembangunan jaringan yang jauh lebih luas jika ada pengurangan beban biaya hak penggunaan (BHP) telekomunikasi.
Vice President Corporate Communications & Social Responsibility Telkomsel Saki Hamsat Bramono mengaku total BHP yang ditetapkan pada operator seluler merupakan salah satu yang tertinggi dibandingkan biaya non pajak yang dibebankan pada sektor lain.
Sebagai informasi, BHP yang dibebankan pada operator seluler terdiri atas BHP frekuensi, BHP USO, dan BHP telekomunikasi. Diketahui, BHP frekuensi lah yang memiliki rasio besaran tertinggi dari antara biaya lainnya.
“Penurunan biaya BHP diharapkan dapat membuat penyelenggara jaringan bergerak seluler (operator) memiliki ruang fiskal yang lebih leluasa,” ujar Saki kepada Bisnis, Kamis (21/12/2023).
Diketahui dalam 5 tahun terakhir, pembangunan jaringan 4G Telkomsel konsisten antara 20.000-30.000 unit BTS baru per tahunnya.
Diketahui, jumlah BTS Telkomsel pada kuartal III/2019 adalah sebanyak 77.501 unit, lalu bertambah menjadi 100.190 unit pada 2020, 132.293 unit pada 2021, kemudian 160.376 unit pada 2022, dan terbaru 183.621 unit pada 2023.
Saki mengatakan salah satu jenis investasi tersebut adalah melakukan pembangunan jaringan lebih masif, sehingga dapat memperbaiki kualitas layanan, jaringan, serta memperluas cakupan jaringan Telkomsel di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut, Saki mengatakan peningkatan akses dan layanan ini dapat memiliki dampak yang lebih luas pada masyarakat. Mulai dari meningkatkan aktivitas bisnis lokal, partisipasi ekonomi masyarakat, hingga memperbaiki proses layanan publik.
Saki mengatakan, pada akhirnya internet yang lebih baik dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas hidup, sekaligus meningkatkan pendapatan negara.
“Meningkatkan pendapatan negara secara langsung maupun tidak langsung melalui kontribusi di sektor lain,” ujar Saki.
Selain itu, Saki mengatakan Telkomsel juga dapat menggunakan sisa biaya BHP ini untuk pemanfaatan dan pengembangan teknologi baru, seperti AI, Internet of Things (IoT), Big Data Insight, dan ekosistem digital lainnya.
“Hal ini tentu dapat menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan bisnis di berbagai sektor dan memberikan nilai tambah kepada pelanggan,” ujar Saki.
Kendati demikian, Saki mengatakan pengurangan biaya BHP yang akan diberlakukan harus diiringi dengan kebijakan dan regulasi yang mendukung pertumbuhan bisnis berkelanjutan, perlindungan konsumen, dan peningkatan mutu layanan.
Sebagai informasi, total biaya BHP yang harus dibayarkan perusahaan operator seluler bisa mencapai 12% dari total pendapatan dan akan terus meningkat. Padahal, di sisi lain peningkatan pendapatan mereka juga cenderung mengalami penurunan.
Di sisi lain, kajian yang dilakukan lembaga internasional Coleago menemukan BHP frekuensi radio yang < 5% dari pendapatan, akan mendukung sustainabilitas industri yang sehat.
Kemudian, untuk angka BHP antara 5% - 10% dari pendapatan akan memberi potensi industri masih bisa bertahan. Sementara, jika BHP frekuensi sudah di angka > 10% pendapatan, maka akan mengakibatkan industri telekomunikasi sulit untuk tumbuh secara baik.