Pemerintah Kembangkan Otak AI Berbahasa Indonesia, Relevan dengan Budaya RI

Crysania Suhartanto
Kamis, 30 November 2023 | 19:16 WIB
Kecerdasan buatan akan cepat menjadi faktor efisiensi bagi Groupe PSA. /PSA
Kecerdasan buatan akan cepat menjadi faktor efisiensi bagi Groupe PSA. /PSA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengembangkan Large Language Model (LLM) atau otak dari teknologi kecerdasan buatan (AI) yang berbahasa Indonesia agar lebih relevan dengan budaya Tanah Air.

Pengembangan ini dilakukan dengan kolaborasi antara Badan Riset Intelijen Nasional (BRIN), Kolaborasi Riset & Inovasi Kecerdasan Buatan (KORIKA), Glair AI, Datasaur AI, dan AI Singapore.

Wakil Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Nezar Patria mengatakan dengan adanya LLM bahasa Indonesia, data yang dihasilkan AI generatif tidak akan bias dan Amerika sentris. 

“Jadi kita bisa punya satu fondation model yang lebih autentik, lebih dekat dengan budaya kita, dan memperkecil sentimen ataupun bias yang dihasilkan generative AI,” ujar Nezar di Senayan, Kamis (30/11/2023).

Sebagai informasi, generatif AI yang ada saat ini banyak dikembangkan di Amerika Serikat ataupun Eropa, alhasil data-data yang kerap tidak relevan dengan situasi di Indonesia. 

Menariknya, Nezar mengatakan pemerintah tidak akan mewajibkan LLM ini digunakan oleh para pengembang AI. Namun, diharapkan agar LLM ini dapat menjadi alternatif dan didukung oleh berbagai perusahaan berbasis AI.

Nezar juga mengatakan kedepannya LLM ini dapat berkembang menjadi lebih jauh, seperti menggunakan bahasa-bahasa lainnya di Asia atau bahkan bahasa daerah di Indonesia.

Selain itu, Nezar mengatakan ke depannya LLM ini juga bisa berkembang bukan hanya berbasis teks saja, melainkan berbasis teks dan gambar. 

Lebih lanjut, Ketua Umum Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Buatan Indonesia (Korika) Hammam Riza mengatakan LLM ini akan berujung pada aplikasi tersendiri, layaknya ChatGPT dan Bard.

Hammam mengatakan nantinya aplikasi ini dapat melayani masyarakat secara umum ataupun secara spesifik menyasar suatu industri tertentu. “Ini mungkin aplikasi terkait dengan pemilu gitu misalnya, itu akan menjadi sebuah kebutuhan pada saat ini, ketika menjelang pemilihan,” ujar Hammam pada paparannya.

Kemudian, Hammam mengatakan aplikasi ini berpotensi untuk dimonotisasi. Adapun data yang akan dihasilkan bersifat open source. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper