Wamenkominfo Sebut Regulasi AI Indonesia Tak Berkiblat ke AS Maupun Eropa

Leo Dwi Jatmiko
Jumat, 24 November 2023 | 21:15 WIB
Ilustrasi Kecerdasan buatan /PSA
Ilustrasi Kecerdasan buatan /PSA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memastikan regulasi mengenai kecerdasan buatan (AI) yang tengah disusun Indonesia tidak akan berkiblat ke negara manapun pihak manapun baik itu Inggris, Eropa, Amerika Serikat ataupun  China. 

“Kita ikut mazhab yang mana nih? Eropa, Amerika Serikat, dan China, soal pengaturan AI? Kita sebetulnya tidak ikut mazhab mana-mana,” kata Wakil Menteri Kemenkominfo Nezar Patria, Jumat (24/11/2023). 

Untuk diketahui, sejumlah negara tengah berlomba dalam menyusun regulasi mengenai AI. Mereka menyadari bahwa AI memberi dampak besar bagi kehidupan sehingga harus diatur. 

Uni Eropa berfokus pada pengaturan AI mengenai prinsip-prinsip pemanfaatan AI. Sementara itu Amerika Serikat mengenai pengaplikasian AI, kemudian China mengenai inovasi dan juga keamanan. 

Sementara itu Indonesia, kata Nezar, mencoba merangkum yang terbaik dari semua pendekatan yang ada dan disesuaikan dengan norma-norma di Indonesia yaitu pancasila. 

Menurut Nezar langkah yang diambil Indonesia sejalan dengan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa  (Unesco), dengan melakukan pendekatan secara etik regulasi AI. 

“Setidaknya, kita bisa memberikan kehidupan nilai dahulu dalam desain pengembangan dan penggunaan AI untuk setiap model yang ada, itu dahulu yang jadi targetnya. Ini kita sebut kalau di dunia namanya ini ya soft regulation,” kata Nezar. 

Dia mengatakan regulasi tersebut belum memberikan satu impact yang interaktif, seperti sanksi hukum dan lain sebagainya.  Adapun untuk pemanfaatan AI yang melanggar hukum, nantinya dapat dijerat dengan undang-undang ITE, jika muncul di sosial media. 

Sebelumnya, Nezar menekankan pengembangan dan pemanfaatan teknologi AI harus dijalankan dengan transparan, inklusif dan non-diskriminatif. 

"AI itu harus bersifat inklusif dan nondiskriminatif juga. Lalu harus transparan terutama untuk generatif AI," tegasnya 

Menurut Nezar prinsip itu memiliki arti penting karena perkembangan teknologi AI memiliki banyak manfaat di berbagai sektor kehidupan. Nezar menyontohkan banyak beredar  video yang dibuat dengan teknologi AI bahkan deepfake. 

“Kita berharap developer aplikasi ini bisa memberikan watermark-nya bahwa gambar yang ditampilkan adalah hasil generatif AI. Ini penting supaya publik tidak tersesat dan tidak punya impresi salah terhadap produk AI yang mereka konsumsi," jelasnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper