Bisnis.com, JAKARTA – Penjahat siber menyebar lebih dari 500 email penipuan dan membuat situs palsu memanfaatkan konflik Israel dan Hamas, dengan tujuan agar masyarakat di Indonesia atau siapapun mempunyai keinginan untuk membantu, kemudian terjebak.
Kaspersky mengamati lonjakan email penipuan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Solusi keamanan perusahaan mendeteksi lebih dari 540 email semacam itu.
Kaspersky adalah perusahaan global cybersecurity berdiri sejak tahun 1997. Keahlian keamanan dan ancaman Kaspersky yang mendalam terus berkembang menjadi solusi dan layanan keamanan generasi berikutnya untuk melindungi bisnis, infrastruktur penting, pemerintah, dan konsumen di seluruh dunia.
Para penyerang menyamar sebagai organisasi amal dengan menggunakan bahasa yang penuh emosional untuk dapat membujuk pengguna agar mengeklik link situs web penipuan, dengan kemudian mereka akan diminta untuk berkontribusi.
Faktanya, email phishing ini berasal dari berbagai alamat berbeda.
Pakar Keamanan Kaspersky Andrey Kovtun mengatakan email penipuan menggunakan beberapa varian teks untuk menghindari fliter spam agar para masyarakat merasa kasihan dan kemurahan hati untuk memberikan donasinya.
“Mereka menggunakan berbagai frasa ajakan berdonasi seperti kami menyerukan belas kasih dan kebajikan Anda, dan kami menyerukan empati dan kemurahan hati Anda. Adapun mengganti kata-kata seperti bantuan dengan sinonim seperti dukungan, bantuan, dan lain-lainnya,” kata Andrey, dikutip Senin (23/5/2023).
Dia menambahkan penipu siber akan mengubah tautan dan alamat pengirim. Oleh karena itu, Kaspersky menawarkan solusi keamanan siber yang kuat yang dapat mencegah taktik phishing ini.
Tautan yang digunakan dalam email mengarah ke situs web penipuan. Situs web ini memberikan konteks kepada pengguna tentang konflik, menampilkan foto, dan mendorong mereka untuk memberikan donasi.
Penipu siber akan memfasilitasi transfer uang dengan mudah dan menawarkan opsi untuk berbagai transaksi mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Tether, hingga Litecoin. Dengan menggunakan alamat dompet, para ahli Kaspersky menemukan situs palsu lainnya yang mengklaim meminta bantuan kepada berbagai kelompok di wilayah konflik.
Sayangnya, situs penipuan seperti ini dapat berkembang dengan cepat, mengubah desain, dan menargetkan kelompok yang berbeda. Untuk menghindari penipuan, sebaiknya periksa halaman tersebut dengan cermat sebelum berdonasi. Situs web palsu sering kali tidak memiliki informasi penting tentang lembaga amal, penerima manfaat, dokumen hukum, atau kurang transparan mengenai penggunaan dana.
Oleh karena itu, sejumlah langkah keamanan diterapkan untuk menghindari penipuan dunia maya atas nama sumbangan bantuan, termasuk dalam konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.
Langkah-langkah Keamanan Siber Tersebut:
1. Periksa Situs Web ataupun Kredensial Badan Amal
Badan amal yang sah akan didaftarkan, Anda harus hati-hati memeriksa kredensial organisasi Anda terhadap database yang dikenal untuk memastikan keasliannya.
2. Bertemu Dengan Badan Amal Untuk Berdonasi
Dekati badan amal secara langsung untuk berdonasi atau menawarkan dukungan. Untuk berdonasi secara online, memasukkan alamat situs amal lebih aman daripada mengeklik link.
3. Konsultasi ke Organisasi Terkenal
Jika Anda tidak yakin mengenai organisasi yang telah Anda periksa, konsultasikan dengan organisasi terkemuka yang memberikan bantuan kemanusiaan seperti badan bantuan PBB.
4. Hati-hati dalam Kirim Uang pada Orang asing
Individu yang terkena dampak krisis kemungkinan besar tidak akan menghubungi Anda secara langsung untuk meminta sumbangan, terutama dari orang asing yang tidak Anda kenal. Berhati-hatilah dengan permintaan transfer uang.
5. Periksa Kembali Situs Amal Asli atau Palsu
Situs web palsu mungkin terlihat hampir mirip dengan situs amal asli, hanya detail tempat mengirim donasi yang menjadi satu-satunya perbedaan. Kesalahan ejaan atau tata bahasa seringkali menunjukkan halaman palsu.
6. Berhati-hatilah dalam Bermedia Sosial
Media sosial adalah cara yang berguna bagi badan amal untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan meminta sumbangan. Namun jangan berasumsi bahwa permintaan donasi di Facebook, Twitter, Instagram, atau YouTube adalah sah hanya karena ada teman yang menyukai atau membagikannya. Luangkan waktu untuk meneliti kelompok sebelum menyumbang. (Afaani Fajrianti)