Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah eksperimen menunjukkan manusia kini bisa membuat dan mengoperasikan perusahaan software yang menguntungkan dengan menggunakan chatbot OpenAI, ChatGPT, dan bantuan manusia yang sangat minimal.
Melansir Business Insider, Jumat (15/9/2023), sekelompok peneliti dari Brown University dan beberapa universitas di China menguji chatbot AI yang didukung model ChatGPT 3.5 untuk melihat apakah teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan perangkat lunak tanpa pelatihan.
Dalam eksperimennya, para peneliti membuat organisasi fiksi yang diberi nama ChatDev, yang dirancang berfokus pada pengembangan software.
Selanjutnya dilakukan empat untuk membangun kesinambungan dan ketertiban seperti pengorganisasian bisnis umumnya, yakni perancangan, pengkodean, pengujian, dan dokumentasi.
Para peneliti kemudian mulai memberikan tugas kepada bot AI. Tugasnya berkisar dari merancang, memprogram, dan lainnya. Secara khusus, tugas tersebut diberikan berdasarkan hierarki di perusahaan.
Menariknya, bot AI dapat berkomunikasi satu sama lain, mencari klarifikasi dan berbagi informasi penting selama proses berlangsung, dengan intervensi minimal dari manusia. Hal ini menunjukkan potensi peniruan alur komunikasi antar rekan kerja dalam suatu organisasi.
Makalah penelitian menyatakan bahwa perusahaan pengembangan software darurat dapat menyelesaikan seluruh pengembangan software dalam waktu kurang dari tujuh menit dengan biaya kurang dari satu dolar Amerika.
Rata-rata, pengembangan software dan interface berukuran kecil menggunakan platform penelitian CHATDEV ini membutuhkan waktu 409,84 detik, kurang dari 7,00 menit.
Sebagai perbandingan, siklus pengembangan software khusus konvensional, bahkan dalam metode pengembangan tangkas software, biasanya memerlukan waktu 2 hingga 4 minggu atau bahkan beberapa bulan per siklus.
Selain itu, para peneliti menyebutkan tingkat keberhasilan yang mencapai 86,66 persen dalam proses pengembangan software. Makalah penelitian juga menunjukkan bahwa bot AI dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah apa pun yang timbul dengan memanfaatkan memori dan kemampuan refleksi diri mereka. (Lydia Tesaloni Mangunsong)