Bisnis.com, JAKARTA – X, media sosial milik taipan Elon Musk yang sebelumnya dikenal dengan nama Twitter pada Selasa (29/8/2023) menyatakan akan mengizinkan iklan politik dari kandidat dan partai politik di AS serta memperluas tim keamanan dan pemilu menjelang pemilihan presiden 2024.
Melansir dari Reuters, Rabu (30/8/2023), sebelum diakuisisi Musk pada akhir tahun lalu, Twitter telah melarang segala bentuk iklan politik secara global sejak 2019.
Pada Januari, di bawah kepemimpinan Musk, Twitter mencabut larangan tersebut dan mulai mengizinkan “cause-based ads” atau iklan berbasis sebab di AS yang disebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan isu-isu terkait pemilu, misalnya pendaftaran pemilih.
Lebih lanjut, Twitter mengatakan pihaknya berencana memperluas jenis iklan politik yang diizinkan di platform tersebut.
Langkah Twitter alias X mengizinkan iklan politik di AS dapat membantu perusahaan meningkatkan pendapatannya, di tengah situasi sulit hengkangnya para pengiklan dari platform tersebut akibat kekhawatiran terkait konten yang tidak pantas.
Twitter diketahui memang kehilangan banyak pengiklan ketika platform itu diakuisisi oleh Musk. Setelah masalah keamanan yang muncul saat Musk mengambil alih platform, sejumlah pengiklan besar seperti Audi, Pfizer, dan Volkswagen segera menarik diri. IPG, sebuah perusahaan iklan terbesar di dunia, bahkan turut merekomendasikan klien-kliennya untuk menarik iklan dari Twitter.
Kini dalam sebuah postingan blog yang rilis pada hari Selasa, X mengatakan akan mengembangkan timnya untuk memerangi manipulasi konten dan ancaman yang mungkin muncul di kemudian hari.
Perusahaan tersebut menyebut akan menciptakan pusat transparansi periklanan global, yang memungkinkan pengguna melihat iklan politik apa yang dipromosikan di X.
Perusahaan menambahkan mereka akan terus melarang iklan politik yang menyebarkan informasi palsu atau yang berupaya melemahkan kepercayaan publik terhadap pemilu.
X, seperti perusahaan media sosial lainnya, telah lama dikritik oleh para peneliti dan anggota parlemen sebab tidak berbuat cukup banyak untuk mencegah konten yang salah atau menyesatkan selama pemilu.
Sejak akuisisi Musk, X khususnya menghadapi pertanyaan dari berbagai pihak terkait kesiapannya menghadapi pemilihan presiden AS setelah memberhentikan ribuan karyawannya, termasuk mantan pekerja di tim trust and safety. (Lydia Tesaloni Mangunsong)