Nvidia Prediksi AS Kehilangan Pasar Semikonduktor

Redaksi
Jumat, 25 Agustus 2023 | 14:27 WIB
Chip Nvidia Orin yang digunakan untuk platform baru yang diluncurkan perusahaan pada Kamis yang dapat mendukung semuanya, mulai dari teknologi keselamatan berkendara hingga teknologi self-driving untuk robotaxis. /NVINDIA
Chip Nvidia Orin yang digunakan untuk platform baru yang diluncurkan perusahaan pada Kamis yang dapat mendukung semuanya, mulai dari teknologi keselamatan berkendara hingga teknologi self-driving untuk robotaxis. /NVINDIA
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Produsen chip multinasional Nvidia baru-baru ini mengeluarkan peringatan terkait regulasi pembatasan ekspor chip ke China yang dikeluarkan pemerintah AS, yang disebut akan menimbulkan kerugian permanen bagi perusahaan-perusahaan AS. 

Melansir dari CNBC Internasional, Jumat (25/8/2023), Washington DC terlihat sedang mempertimbangkan pembatasan ekspor baru untuk chip yang berhubungan dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) seperti yang dirancang oleh Nvidia. 

Hal tersebut mengikuti aturan yang diperkenalkan tahun lalu, yang membatasi Nvidia menjual unit pemrosesan grafis A100 dan H100 kelas atas ke China.

“Kami yakin peraturan yang ada saat ini telah mencapai hasil yang diharapkan. Mengingat kuatnya permintaan produk kami di seluruh dunia, kami tidak mengantisipasi bahwa pembatasan ekspor tambahan pada GPU pusat data kami, jika diterapkan, akan berdampak langsung terhadap hasil keuangan kami,” kata CFO Nvidia Colette Kress pada laporan pendapatan perusahaan, Rabu (23/8/2023) kemarin.

“Namun, dalam jangka panjang, pembatasan yang melarang penjualan GPU pusat data kami ke Cina, jika diterapkan, akan mengakibatkan hilangnya peluang permanen bagi industri AS untuk bersaing dan memimpin di salah satu pasar terbesar di dunia,” tambah Kress.

Nvidia sebelumnya memperkenalkan chip A800 dan H800, versi modifikasi dari A100 dan H100 yang diperlambat untuk mematuhi kontrol ekspor AS.

Peringatan ini bukanlah hal baru. Kress pada bulan Juni lalu juga telah mengatakan bahwa industri semikonduktor AS dapat terdampak oleh pembatasan lebih lanjut terhadap ekspor chip.

Pendapatnya itu terkait penolakan Nvidia terhadap pembatasan lebih lanjut di salah satu pasar terpentingnya. Cina menyumbang 20 hingga 25 persen pendapatan Nvidia dalam bisnis pusat data, unit terbesar perusahaan yang penjualannya tumbuh 171 persen YoY hingga mencapai rekor pendapatan US$10,32 miliar atau sekitar Rp157 triliun pada kuartal Juni.

Pada laporan pendapatan, perusahaan melaporkan hasil keuangan yang luar biasa secara keseluruhan untuk kuartal bulan Juni, dengan pendapatan yang melampaui ekspektasi.

Pemerintah AS mengatakan regulasi pembatasan ekspor bertujuan untuk mencegah Cina memperoleh teknologi yang dapat digunakan untuk keperluan militer. Kedua negara adidaya ini telah terlibat dalam perebutan supremasi teknologi selama beberapa tahun terakhir, dengan semikonduktor ikut terlibat di dalamnya.

Secara umum, chip Nvidia, yang masuk ke pusat data dan mampu memfasilitasi pelatihan model AI besar seperti yang mendukung ChatGPT, lebih unggul ketimbang sejumlah rivalnya. Perusahaan Cina yang melatih kumpulan data besar juga mengandalkan chip ini.

Meskipun terdapat masalah geopolitik, saham Nvidia telah menguat lebih dari 220 persen tahun ini. Perusahaan memperkirakan pertumbuhan pendapatan hampir tiga kali lipat dari tahun ke tahun pada kuartal September nanti. (Lydia Tesaloni Mangunsong).



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Redaksi
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper