Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah watt pangkalan data atau data center Indonesia saat ini dinilai masih rendah bahkan jauh dari target yang pada 20230. Padahal, peran infrastruktur tersebut sangat penting dalam menyimpan data atau “emas baru” pada masa sekarang.
Ketua Indonesia Fintech Society yang juga Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) 2014-2019 Rudiantara memperkirakan jumlah watt pangkalan data center di Indonesia masih sekitar 400-500 megawatt. Padahal, targetnya total kapasitas data center Indonesia hingga 2030 mencapai 22.000 watt.
“Artinya apa, kepemilikan data center sendiri bukan suatu opsi, melainkan sebuah keharusan,” ujar Rudiantara dalam paparannya di seminar Challenges of Accelerating Digital Transformation for Indonesia Economic Growth, Rabu (26/7/2023).
Rudiantara mengatakan target 22.000 megawatt adalah hal yang cukup realistis.
Mengutip dari data Knight Frank Q3 2022 Data Centre Report, Jakarta sudah memiliki kekuatan daya IT total unggulan jika dibandingkan dengan negara Asia Pasifik lainnya.
Adapun live capacity Jakarta diproyeksikan mencapai sebesar 136,43 MW, committed capacity 251,79 MW, dan under construction capacity sebesar 146,90 MW.
Rudianta mengatakan untuk mendorong pertumbuhan data center di indonesia, dukungan dari pemerintah dinanti untuk menegakkan dua regulasi.
Pertama, Peraturan Presiden (PP) No.17 tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Di mana, semua perusahaan khususnya lembaga keuangan wajib menyimpan data pribadi di pusat data di dalam negari.
“Kemudianvperaturan Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No.9/15/PBI/2007 yang mewajibkan semua bank dan lembaga keuangan memiliki mekanisme cadangan melalui fasilitas Disaster Recovery Center (DRC)” kata Rudiantara.
Sebelumnya, Ketua Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) Hendra Suryakusuma menyatakan dalam kurun lima tahun, industri pangakalan data akan tumbuh dua kali lipat.
Hal ini tak terlepas dari dunia yang serba digital dan hadirnya teknologi baru seperti perangkat pintar, kecerdasan buatan, 5G, dan lain sebagainya.
“Selain itu makin meningkatnya kehadiran industri, perusahaan rintisan digital, mitigasi ke komputasi awan, ekspansi e-commerce, dan teknologi berbasis data lainnya turut berkontribusi. Data center telah menjadi infrastruktur yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” ujar Hendra.
Dia memperkirakan dalam 9 tahun ke depan pangkalan data di Indonesia akan menggunakan listrik hingga dua giga watt, seiring dengan makin banyaknya perusahaan yang menaruh data mereka di pangkalan data.
Business Vice President Schneider Electric Indonesia Yana Haikal mengatakan dengan makin banyak perusahaan yang membutuhkan pangkalan data maka akan makin banyak rak yang berada di sebuah gedung.
Yana memperkirakan tidak menutup kemungkinan seluruh gedung nantinya akan berisi rak pangkalan data.
Dia menargetkan pada 2025, 85 persen dari infrastruktur perusahaan akan terkoneksi secara daring dan luring. Adapun sejauh ini infrastruktur yang terkoneksi secara daring dan luring masih 20 persen.
“Apa artinya hybrid, berarti akan terconnect secara cloud, premis, dan lokasi itu akan terintegrasi,” ujar Yana.