Salah satu tanpa badai Matahri yakni hampir mencapai puncak meledaknya yakni jumlah bintik matahari yang ditandai dengan permukaan bintang tempat tinggal kita.
Bintik-bintik gelap ini merupakan tanda bahwa medan magnet matahari semakin kusut, yang berarti aktivitas matahari meningkat.
Lonjakan bintik matahari pertama terjadi pada bulan Desember 2022, ketika matahari mencapai puncak bintik matahari delapan tahun.
Kemudian pada Januari 2023, para ilmuwan mengamati bintik matahari dua kali lebih banyak daripada yang diperkirakan oleh NASA dan NOAA.
Tanda lainnya yakni kilatan cahaya terang dan radiasi yang dilepaskan dari bintik matahari. Suar ini sesekali disertai dengan awan partikel bermagnet yang sangat besar dan bergerak cepat, dikenal sebagai lontaran massa korona (CME).
Badai matahari juga disebabkan karena peningkatan badai geomagnetik yang juga menyebabkan suhu meningkat tajam di termosfer, yaitu lapisan tertinggi kedua di atmosfer.
Melansir Live Science, para ahli mengatakan bahwa molekul-molekul gas di termosfer menyerap kelebihan energi badai, lalu memancarkan energi tersebut sebagai radiasi inframerah lalu mendinginkan termosfer kembali. Namun tahun ini, gas tidak memiliki kesempatan untuk mendingin karena badai datang beruntun.
Termosfer secara alami menghangat dan mendingin seiring dengan siklus matahari. Namun, suhu puncak yang terjadi pada bulan Maret merupakan yang tertinggi selama hampir 20 tahun. Ini adalah tanda kuat bahwa siklus matahari saat ini lebih aktif daripada siklus sebelumnya.
Ketika termosfer menghangat, ia juga mengembang dan dapat menciptakan tarikan tambahan bagi satelit di orbit rendah Bumi kemudian menariknya keluar dari posisinya. Hal ini meningkatkan kemungkinan satelit bertabrakan atau jatuh dari orbitnya saat matahari maksimum.