Siap-Siap! Naik Pesawat Bakal Sering Kena Turbulensi, Ini Penyebabnya

Khadijah Shahnaz Fitra
Rabu, 21 Juni 2023 | 12:01 WIB
Ilustrasi pesawat atau jet pribadi/Freepik
Ilustrasi pesawat atau jet pribadi/Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Hasil penelitian menyebutkan bahwa dalam beberapa waktu ke depan penumpang yang naik pesawat bakal lebih sering mengalami kondisi turbulensi di udara.

Dilansir dari TheVerge, Rabu (21/6/2023), bentuk turbulensi ini, yang dikenal sebagai turbulensi udara jernih, terbentuk di langit tanpa awan dan umumnya tidak terlihat oleh radar pesawat. 

Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan turbulensi udara yang sangat berbahaya.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters, peneliti menemukan bahwa turbulensi udara bersih makin menjadi masalah yang lebih serius seiring dengan meningkatnya suhu global.

Tingkat turbulensi udara yang parah (CAT) telah meningkat secara signifikan, terutama pada rute penerbangan di atas Atlantik Utara. Pada periode 1979 dan 2020, terjadi peningkatan sebesar 55 persen dalam turbulensi udara bersih di wilayah tersebut. Namun, peningkatan ini juga terlihat di wilayah Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Atlantik Selatan, dan Pasifik Timur.

Paul Williams, seorang ilmuwan atmosfer di University of Reading dan salah satu penulis penelitian ini, menyatakan bahwa bukti menunjukkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan turbulensi udara. Hal ini mengharuskan maskapai penerbangan untuk mulai mempertimbangkan bagaimana mengelola peningkatan risiko ini.

Dampak turbulensi udara telah menyebabkan kerugian finansial bagi maskapai penerbangan AS dalam jumlah yang mencapai ratusan juta dolar setiap tahunnya. 

"Masalah tersebut meliputi cedera penumpang, penundaan penerbangan, kerusakan, dan keausan pada pesawat. Setiap menit tambahan yang dihabiskan dalam turbulensi meningkatkan risiko-risiko tersebut," ujarnya dikutip dari TheVerge.

Namun, navigasi di dalam turbulensi udara bebas sangat sulit. Radar pesawat hanya dapat mendeteksi turbulensi yang disebabkan oleh badai di sekitarnya karena radar tersebut hanya dapat mendeteksi tetesan air di awan. Turbulensi udara cerah yang terbentuk saat tidak ada awan menjadi sulit dideteksi.

Turbulensi seperti ini terbentuk akibat perbedaan kecepatan angin pada ketinggian yang berbeda, yang disebut wind shear

Kenaikan wind shear terjadi pada kelompok angin yang mengalir cepat yang dikenal sebagai aliran jet. Emisi gas rumah kaca dari bahan bakar fosil menyebabkan pemanasan lapisan terendah atmosfer bumi, troposfer, yang mengakibatkan gangguan pada jet stream. Kenaikan turbulensi udara bersih disebabkan oleh kekacauan yang dihasilkan dari perbedaan suhu antara troposfer dan stratosfer.

Meskipun penelitian ini melihat kembali data atmosfer selama empat dekade terakhir, penelitian lain yang dilakukan oleh Isabel Smith, mahasiswa PhD di University of Reading, memperkirakan peningkatan turbulensi udara di masa depan.

Studi Smith yang diterbitkan pada bulan Maret menyimpulkan bahwa setiap derajat Celsius kenaikan suhu global dapat menyebabkan peningkatan turbulensi udara sebesar 9 hingga 14 persen setiap musim. Dalam kurun waktu sejak revolusi industri, suhu global telah meningkat lebih dari satu derajat Celsius.

Diperkirakan bahwa musim panas, yang merupakan musim perjalanan yang sibuk dan biasanya memiliki sedikit turbulensi, akan mengalami peningkatan turbulensi yang lebih besar daripada musim dingin yang secara historis memiliki tingkat turbulensi tertinggi. Pada 2050, musim panas bisa menjadi sama bergejolaknya dengan musim dingin pada 1950-an.

Meskipun sudah mengetahui permasalahan ini, Smith mengaku terkejut melihat tingkat peningkatan turbulensi udara yang telah terjadi sejak 1979. Angka 55 persen peningkatan tersebut merupakan hal yang mengkhawatirkan. Menurutnya, maskapai penerbangan harus segera mengambil langkah-langkah untuk menghadapi tantangan ini agar dapat menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper