Bisnis.com, JAKARTA - Ada kekhawatiran bahwa kecerdasan artifisial (artificial inteligence/AI) akan mendisrupsi banyak profresi, termasuk pekerjaan jurnalis.
Kecerdasan artifisial dapat menulis artikel layaknya seorang wartawan media massa online, cetak atau naskah televisi. Lantas bagaimana menurut Sam Altman, CEO OpenAI yang juga pendiri ChatGPT?
Sam mengatakan meski kecerdasan artifisial memiliki sistem yang pandai namun AI tidak akan dapat menggantikan peran jurnalis, terlebih dalam waktu dekat.
“Saya pikir AI untuk menggantikan peran jurnalis membutuhkan waktu yang panjang sehingga AI tidak akan menggantikan [peran] jurnalis,” kata Sam, Rabu (14/6/2023).
Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura mengatakan bahwa AI akan mendisrupsi banyak hal, namun tidak dengan jurnalis.
Jurnalis memiliki kebijaksanaan dalam mempertimbangkan diksi dan kata yang digunakan dalam berita. Mesin AI tidak dapat meniru kebijaksanaan seorang jurnalis.
“ChatGPT tidak akan dapat meniru kebijaksanaan jurnalis,” kata Tesar.
Dilansir dari Prestige, sejumlah perusahaan di Eropa mulai menggunakan AI untuk menggantikan peran jurnalis. Banyak laporan yang menyebut bahwa jurnalis berada di puncak revolusi.
Situs berita teknologi CNET dikabarkan secara diam-diam menerapkan program AI pada 2022 untuk menulis beberapa catatan, walaupun akhirnya CNET harus mengoreksi kembali karena catatan yang dibuat AI kurang akurat.
Kemudian, raksasa penerbit Jerman Axel Springer, pemilik Politico dan tabloid Jerman Bild di antara judul-judul lain artikelnya, menyatakan bahwa AI memiliki potensi untuk membuat jurnalisme independen.
“Kecerdasan buatan memiliki potensi untuk membuat jurnalisme independen lebih baik dari sebelumnya – atau sekadar menggantikannya,” kata bos kelompok tersebut Mathias Doepfner kepada staf bulan lalu.
Dia menyebut bot seperti ChatGPT sebagai "revolusi" untuk industri, dan mengumumkan restrukturisasi yang akan menghasilkan “pengurangan signifikan" dalam produksi.