Bisnis.com, JAKARTA - International Data Corporation (IDC) Worldwide Semiannual Software Tracker mencatat pasar perangkat lunak keamanan endpoint Indonesia tumbuh 10,8 persen year-over-year (YoY) pada semester II/2022.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia meningkatkan investasi mereka untuk perangkat lunak keamanan endpoint agar dapat melindungi aset mereka, seperti komputer desktop, laptop, perangkat seluler, server, dan perangkat lain yang terhubung ke jaringan.
Associate Market Analyst IDC Indonesia Sandika Putra mengatakan dalam peralihan perusahaan ke pengaturan kerja yang lebih fleksibel dan adopsi teknologi cloud, mobile, dan IoT, terjadi peningkatan kesadaran perusahaan akan pentingnya memperkuat keamanan endpoint untuk mengatasi risiko keamanan siber terhadap bisnis mereka.
"Implementasi perangkat lunak keamanan endpoint yang menggabungkan langkah-langkah pencegahan, deteksi & respons endpoint, dan teknologi hardening yang kuat memainkan peran penting dalam mitigasi upaya serangan,” katanya dalam siaran pers, Rabu (7/6/2023).
IDC mendefinisikan pasar perangkat lunak keamanan endpoint sebagai produk yang dirancang untuk melindungi pengguna akhir secara fisik maupun virtual, yaitu perlindungan untuk perangkat komputasi pribadi seperti infrastruktur desktop virtual, server, beban kerja virtual, dan ponsel pintar, dari serangan siber melalui kode jahat dan pendeteksi perilaku berbahaya, serta mengurangi kerentanan melalui teknik pengurangan serangan permukaan dan pembatasan radius serangan pada berbagai sistem operasi (seperti Windows, Linux, macOS, iOS, Chrome OS, dan Android).
Menurut Survei Trust & Security IDC 2022, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah mengimplementasikan strategi kepercayaan dan keamanan yang bertujuan untuk memberikan dampak pada keberlanjutan, penghematan biaya, dan ketahanan bisnis.
Namun, laporan IDC Cybersecurity Outlook 2023 menyoroti bahwa saat ini organisasi sedang berjuang dengan meningkatnya kompleksitas di lingkungan infrastruktur mereka, terutama dari adopsi operasi multi/hybrid cloud.
Selain itu, implementasi praktik kerja dari rumah telah memperluas parameter yang perlu dijaga oleh perusahaan, sehingga menimbulkan tantangan dalam mengelola keamanan secara efektif di berbagai platform dan lingkungan. Survei Trust & Security IDC 2022 juga mengungkapkan bahwa 22 persen perusahaan di Indonesia memiliki kekhawatiran akan kehilangan kekayaan intelektual yang mungkin terjadi dari serangan keamanan siber yang semakin canggih.
Pasar keamanan endpoint dapat dibagi menjadi dua segmen, yakni consumer digital life protection (CDLP) dan keamanan endpoint perusahaan.
CDLP menyediakan solusi keamanan siber yang komprehensif untuk melindungi perangkat, data, dan aktivitas online pengguna, meningkatkan keamanan digital dan pengalaman online mereka. Keamanan endpoint perusahaan memiliki dua komponen utama yakni modern endpoint security dan server security.
Modern endpoint security melindungi perangkat komputasi pribadi dengan cara mendeteksi kode jahat dan perilaku berbahaya serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi ancaman. Server security berfokus pada perlindungan server fisik dan cloud.
Di Indonesia, CDLP merupakan proporsi terbesar dari endpoint security. Dalam hal pertumbuhan, pasar ini diharapkan untuk mengalami pertumbuhan sebesar satu digit, karena konsumen sekarang memiliki akses ke layanan alternatif bawaan atau layanan gratis yang menawarkan fitur sejenis, termasuk antivirus, anti-malware, anti-phishing, dan bahkan layanan VPN.
Di sisi lain, keamanan endpoint perusahaan mengalami pertumbuhan yang lebih kuat yang didorong oleh adopsi infrastruktur berbasis cloud dan praktik kerja mobile yang meningkat. Pasar keamanan endpoint modern di Indonesia meningkat sebesar 17,9 persenYoY. Keamanan peladen juga semakin populer di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan yang mencapai 28,1 persen YoY.
Pentingnya keamanan endpoint perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adopsi proses bisnis digital berbasis cloud menghadirkan risiko baru, yang memerlukan langkah-langkah keamanan yang kuat untuk melindungi data sensitif dan operasi penting.
Posisi Indonesia sebagai salah satu salah satu negara dengan nilai belanja teratas dalam teknologi IoT di Asia/Pasifik (tidak termasuk Jepang dan China) menegaskan perlunya perlindungan endpoint yang diperkuat.
Seiring meningkatnya jumlah dan keragaman ancaman, organisasi menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengamankan endpoint mereka, mengakibatkan dilakukannya adopsi pendekatan dan alat baru untuk keamanan endpoint.
Dalam konteks Indonesia, faktor-faktor regulasi juga mendorong kebutuhan akan keamanan server. Regulasi BSSN mengharuskan organisasi yang mengoperasikan sistem elektronik untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang memadai, dengan tujuan melindungi dari potensi serangan siber dan meningkatkan keamanan siber secara keseluruhan.
Pasar perangkat lunak keamanan endpoint diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keamanan, hal ini sebagai respons terhadap insiden keamanan siber yang terjadi di Indonesia, termasuk kasus kebocoran data yang terkenal dan melibatkan beberapa perusahaan terkemuka dalam beberapa tahun terakhir.
Pertumbuhan ini akan didorong lebih lanjut oleh munculnya adopsi praktik kerja jarak jauh secara luas dan meningkatnya penggunaan cloud computing.