Bisnis.com, JAKARTA - Suhu di lautan dunia telah memecahkan rekor baru, para ahli menguji ketinggian suhu baru selama lebih dari sebulan dan mereka menyatakan bahwa Bumi telah mencapai "wilayah yang belum dipetakan" dalam krisis iklim.
Dilansir dari The Guardian, para ahli mengatakan bahwa pemanasan yang 'belum pernah terjadi sebelumnya' ini menunjukkan bahwa krisis iklim terjadi di depan mata kita.
Percepatan suhu lautan yang cepat dalam sebulan terakhir adalah anomali atau keanehan yang belum dijelaskan oleh para ilmuwan.
Data yang dikumpulkan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) AS, yang dikumpulkan oleh satelit dan pelampung, telah menunjukkan suhu yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya, dalam rangkaian yang dimulai sejak 1981 secara terus menerus selama 42 hari terakhir.
Dunia diperkirakan berada di ambang peristiwa cuaca El Niño tahun ini, sistem siklus cuaca di Pasifik, yang memiliki dampak pemanasan secara global.
Profesor Mike Meredith dari British Antarctic Survey mengatakan bahwa fakta bahwa suhu semakin memanas adalah kejutan yang nyata, dan sangat memprihatinkan. Bisa juga menjadi suhu ekstrim tinggi berumur pendek atau bisa menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih serius.
Pemanasan lautan menjadi perhatian karena berbagai alasan. Air laut menempati lebih banyak ruang pada suhu yang lebih tinggi, mempercepat kenaikan permukaan laut, dan air yang lebih hangat di kutub mempercepat pencairan lapisan es.
Suhu yang lebih panas juga dapat berdampak buruk bagi ekosistem laut karena sulit atau tidak mungkin bagi spesies laut untuk beradaptasi, seperti karang yang dapat mengalami pemutihan yang menghancurkan.
Beberapa ilmuwan khawatir pemanasan yang cepat bisa menjadi tanda krisis iklim yang berkembang lebih cepat dari yang diperkirakan.
Beberapa ilmuwan khawatir kita bisa mencapai batas kapasitas lautan untuk menyerap kelebihan laut yang menyerap sejumlah besar karbondioksida yang telah dituangkan ke atmosfer maupun dengan menyimpan sekitar 90% kelebihan energi dan panas yang dihasilkan
Alarm pertama kali dibunyikan beberapa minggu lalu dan ilmuwan iklim memperingatkan bahwa awal bulan ini, data awal dari NOAA menunjukkan suhu rata-rata di permukaan laut berada pada 21,1°C sejak awal April yang mengalahkan suhu tertinggi sebelumnya, 21°C yang ditetapkan pada 2016.
Mark Maslin, profesor ilmu sistem Bumi di University College London, mengatakan krisis iklim terjadi di depan mata kita pada 2021.
Banyak yang berharap ini hanya tahun dengan suhu yang ekstrem. Namun, suhu tinggi itu berlanjut hingga 2022 dan sekarang terjadi pada 2023.