Ini Cara Menentukan Hari Lebaran Idulfitri dengan Sains dan Agama

Salma Permata Dewi
Jumat, 14 April 2023 | 16:27 WIB
Ilustrasi kartu ucapan Selamat Idulfitri/Freepik
Ilustrasi kartu ucapan Selamat Idulfitri/Freepik
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Puasa di bulan Ramadan diakhiri dan dirayakan oleh Muslim pada Idulfitri. Hari Raya Idulfitri merupakan 1 Syawal 1444 H jatuh di antara Jumat (21/4/23) atau Sabtu (22/4/23).

Kemenag belum menentukan hari Idulfitri untuk semua wilayah di Indonesia. Kalender Islam atau kalender Hijriah itu sistem penanggalannya berdasarkan rotasi bulan.

Oleh karena itu, Idulfitri ditentukan dengan melihat hilal atau bulan sabit pertama yang menandakan pergantian bulan.

Melansir Kemenag Jawa Barat, mulai dan selesainya bulan puasa Ramadan ditentukan atas dasar firman Allah Ta’ala dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 185 yakni “Karena itu, barangsiapa di antara kamu menyaksikan (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan tersebut.”

Adapun dalam Surah Al-Baqarah ayat 189 yaitu, “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah, ‘bulan sabit itu adalah penentu waktu bagi manusia dan (bagi penentuan waktu ibadah) haji).’”

Lalu, diperkuat oleh sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Muslim, “Apabila bulan telah masuk kedua puluh sembilan malam (dari bulan Sya’ban), maka janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.”

Melansir Kemenag, untuk melihat bulan ini ada dua metode yang sering dijadikan perdebatan oleh masyarakat, yakni hisab dan rukyat.

Adanya perdebatan mengenai persoalan ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membuat Pedoman Rukyat dan Hisap tahun 1994 yang merujuk pada berbagai hadis dan pendapat ulama yang intinya tetap akan menggunakan rukyat dalam penentuan awal bulan qamariyah, khususnya Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah.

Namun, hasil rukyat dapat ditolak bila tidak didukung oleh ilmu pengetahuan atau hisab yang akurat. Ketinggian hilal minimal 2 derajat dan bila kurang, hasil rukyat dapat ditolak.

PP Muhammadiyah menetapkan awal bulan qamariyah dengan metode hisab. Hilal dianggap muncul bila matahari terbenam lebih dahulu dari bulan. Walaupun hisab dan rukyat diakui memiliki kedudukan yang sama, metode hisab dipilih karena dianggap lebih mendekati kebenaran dan lebih praktis.

Secara sains yakni ilmu astronomi, menentukan pergantian bulan dapat menggunakan fase-fase bulan. Melansir Kominfo, menurut anggota Badan Hisab Rukyat Kemenag RI dari Planetarium Jakarta Cecep Nurwendaya terdapat lima fase bulan berdasarkan penglihatan dari bumi.

Bulan baru atau itjimak merupakan fase pertama ketika bulan tidak terlihat di sepanjang malam.

Kemudian, fase bulan berganti pada bulan sabit setelah bulan baru atau hilal. Fase ketiga bulan separuh kuartil pertama, fase keempat adalah fase bulan tua, dan fase kelima adalah bulan tersembunyi.

Fase kedua itulah yang menandakan bergantinya bulan baru. Pada Ramadan, ketika hilal terlihat, artinya sudah masuk bulan Syawal.

Pertemuan Teknis MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) tahun 2016 menghasilkan kesepakatan mengenai kriteria baru tinggi bulan 3 derajat dan elongasi bulan (jarak bulan dan matahari) 6,4 derajat.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper