Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi atau perusahaan di Indonesia yang menjalankan mayoritas bisnisnya dengan komputasi awan (cloud) berpeluang mencatatkan peningkatan pendapatan tahunan lebih tinggi.
Hal itu terungkap dalam laporan berjudul ”Asia Pacific Digital Skills Study: The Economic Benefits of a Tech-Savvy Workforce” yang merupakan hasil kerja sama antara Amazon Web Services (AWS) dan Gallup.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa 21 persen dari organisasi atau perusahaan di Indonesia yang menjalankan sebagian besar bisnisnya di cloud melaporkan peningkatan pendapatan tahunan sebesar dua kali lipat atau lebih dibandingkan 12 persen dari organisasi yang hanya menjalankan sebagian, atau bahkan tidak sama sekali, bisnisnya di cloud.
"Organisasi berbasis cloud juga kemungkinan 15 basis point (bps) lebih besar untuk memperkenalkan produk baru atau produk yang lebih baik dalam dua tahun terakhir," demikian laporan tersebut.
Laporan itu juga mencatat bahwa pekerja Indonesia dengan keterampilan digital tingkat tinggi, termasuk arsitektur cloud atau pengembangan perangkat lunak, berkontribusi sekitar US$129 miliar atau Rp621,4 triliun terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) tahunan nasional.
Kontribusi para pekerja tersebut berasal dari gaji yang lebih besar 121 persen dibandingkan pendapatan orang dengan latar belakang pendidikan yang sama tetapi tidak menggunakan keterampilan tersebut dalam pekerjaan.
Laporan AWS dan Gallup itu memperlihatkan upaya membangun angkatan kerja yang didukung teknologi telah membawa manfaat yang signifikan bagi pekerja, organisasi/perusahaan, serta perekonomian.
Ekonom Gallup Jonathan Rothwell mengatakan transformasi digital di Indonesia telah mengubah cara manusia bekerja dan hidup.
Seiring dengan bertambahnya organisasi dan perusahaan yang memindahkan sistem teknologi informasi mereka ke cloud sepanjang dekade yang akan datang, dan teknologi baru terus bermunculan, digitalisasi akan mendorong penciptaan lapangan pekerjaan baru dalam jumlah yang besar.
“Peluang Indonesia di tengah kompetisi ekonomi digital bergantung pada keberadaan tenaga kerja yang mumpuni dan berketerampilan tinggi, yang akan mendorong laju inovasi, saat ini dan nanti,” kata Jonathan dalam webinar, Rabu (22/2/2023).
Selaras dengan temuan tersebut, lanjut Jonathan, pemberi kerja yang sangat mengandalkan pekerja berketerampilan digital tingkat tinggi, teknologi digital, dan teknologi cloud mampu mencatatkan pertumbuhan bisnis dan inovasi yang lebih tinggi.
Head of Training and Certification for ASEAN AWS Emmanuel Pillai mengatakan Indonesia memiliki peluang untuk meraup manfaat ekonomi yang luar biasa dari upaya membangun jaringan talenta cloud yang kuat guna mendukung transformasi digital yang tengah berjalan di Tanah Air.
AWS bekerja sama dengan berbagai organisasi, mulai dari Universitas Indonesia, Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi & Komunikasi (BPPTIK) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), hingga Telkomsel untuk membantu menjembatani kesenjangan keterampilan digital.
“Kami telah memberikan pelatihan keterampilan cloud tingkat dasar, menengah, hingga tinggi kepada lebih dari 400.000 orang di Indonesia sejak tahun 2017, dan inisiatif ini tak akan sampai di sini saja,” kata Emmanuel.
Survei yang melibatkan sebanyak 1.412 pekerja dewasa dan 348 pemberi kerja di Indonesia itu mendefinisikan keterampilan digital dasar sebagai kemampuan untuk menggunakan email, pengolah kata, dan perangkat lunak produktivitas kerja lainnya, serta media sosial.
Sementara itu, keterampilan digital menengah mencakup desain web dengan template, memperbaiki masalah (troubleshooting) pada aplikasi, dan analisis data. Adapun keterampilan digital tingkat tinggi meliputi arsitektur atau pemeliharaan cloud, pengembangan perangkat lunak atau aplikasi, kecerdasan buatan (AI), dan pembelajaran mesin.
Riset ini menemukan fakta bahwa pekerja digital dengan keterampilan tingkat tinggi di Indonesia tidak hanya menikmati pendapatan yang lebih besar. Sebanyak 88 persen dari pekerja dalam kelompok ini menyatakan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi, dibandingkan dengan 49 persen pekerja dengan keterampilan menengah dan 44 persen pekerja dengan keterampilan digital dasar.