Shoppertainment, Tren Baru E-Commerce dengan Potensi US$1 Triliun

Akbar Evandio
Sabtu, 10 September 2022 | 18:44 WIB
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu situs belanja daring di Jakarta, Rabu (15/6/2022). Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan berencana menarik bea meterai Rp10 ribu untuk pelanggan platform digital termasuk belanja online di e-commerce, untuk transaksi pembelian di atas Rp5 juta rupiah. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Warga menggunakan perangkat elektronik untuk berbelanja daring di salah satu situs belanja daring di Jakarta, Rabu (15/6/2022). Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan berencana menarik bea meterai Rp10 ribu untuk pelanggan platform digital termasuk belanja online di e-commerce, untuk transaksi pembelian di atas Rp5 juta rupiah. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Mobile Marketing Association (MMA) Global Indonesia menemukan tren anyar dari platform dagang elektronik (e-commerce) untuk mendekatkan diri kepada pelanggan.

Melalui laporan berjudul Brand Safety Survey 2022, ditemukan bahwa terdapat terobosan baru dalam e-commerce, salah satunya adalah Shoppertainment yang diprediksi menjadi tren baru dan ditaksir akan bernilai US$1 triliun pada 2025.

Country Head & Board of Director MMA Global Indonesia Shanti Tolani menjelaskan bahwa Shoppertainment mengacu pada penggabungan konsep entertainment-first, commerce-second.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki volume terhadap konsep Shoppertainment yang tinggi. Adapun gross merchandise value dari Shoppertainment di Indonesia disebutnya mencapai US$6,5 miliar.

“Jumlah tersebut diperkirakan akan tumbuh pada compounded annual growth rate (CAGR) sebesar 62 persen hingga melebihi US$27 miliar pada 2025,” paparnya lewat rilisnya, Sabtu (10/9/2022).

Dia pun menilai Brand Safety dan MarTech Report 2022 dapat menjadi pegangan penting bagi para pemimpin industri serta manajemen senior. Penyebabnya, hasil laporan ini menggali jauh ke dalam analitis dan metrik data.

“Informasi terperinci yang tercantum dalam laporan tersebut tidak hanya memberikan perspektif tentang tren teknologi pemasaran saat ini. Laporan ini juga membantu para profesional pemasaran memetakan strategi pertumbuhan dan memutuskan cara terbaik untuk terlibat dengan audiens perusahaan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Shanti melanjutkan bahwa survei yang dilakukan oleh MMA Global Indonesia dan Decision Lab serta melibatkan para profesional dari berbagai industri ini menunjukkan bahwa sebanyak 73 persen responden mengetahui dan menerapkan pedoman peraturan untuk sektor mereka. Sementara itu, sebanyak 56 persen responden mengaku telah memiliki pedoman pengendalian pembajakan.

Selanjutnya, hasil survei tersebut juga menekankan pentingnya brand safety. Hasilnya, lebih dari separuh audiens sadar akan pemborosan yang timbul tanpa pedoman brand safety.

Laporan tersebut juga menyoroti pergeseran paradigma yang muncul dengan timbulnya pandemi. Dalam kondisi ini, Tokopedia menjadi salah satu perusahaan yang berinvestasi secara signifikan dalam digitalisasi bisnis dan e-commerce.

“Bahkan, Tokopedia mampu berkontribusi sebesar 54 persen dari pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Farid Firdaus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper