Adu Cepat Gojek vs Grab Turuti Titah Jokowi Soal Kendaraan Listrik

Dany Saputra
Jumat, 15 Juli 2022 | 20:47 WIB
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan penyedia layanan ride hailing berbasis online yang beroperasi di Indonesia, Gojek dan Grab, tengah berlomba mengembangkan kendaraan bertenaga listrik.

Setidaknya, dua pemain besar yang menguasai sebagian besar pangsa pasar saat ini tengah gencar menyediakan layanan motor elektrik, dengan dukungan BUMN hingga pemerintah.

Upaya tersebut sejalan dengan titah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memperbanyak kendaraan listrik guna memacu pengurangan emisi karbon. Orang nomor satu di Indonesia itu menargetkan sebanyak 2 juta kendaraan listrik mengaspal pada 2025.

Hal tersebut disampaikan pada akhir Februari 2022, dalam acara peresmian ekosistem kendaraan listrik yang dikembangkan ramai-ramai oleh Gojek, TBS Energi Utama, Electrum, Pertamina, Gogoro, dan Gesits. Layanan GoRide Electric, saat ini telah dioperasikan pada platform Gojek sekitar enam bulan.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mengeklaim bahwa pemesanan terhadap layanan GoRide Electric meningkat hingga dua kali lipat pada Juni 2022, atau selama lima bulan diujicobakan. Target jarak tempuh 1 juta kilometer (km) disebut tercapai dalam waktu tiga bulan untuk layanan GoRide (antar penumpang), GoFood (antar makanan), dan GoSend (pengiriman barang).

Electrum, perusahaan patungan antara Gojek dan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), menyampaikan bahwa akan terus meningkatkan jumlah ketersediaan motor listrik hingga ribuan unit ke depannya. Perusahaan patungan itu didukung oleh sejumlah perusahaan lain termasuk BUMN PT Pertamina (Persero), Gogoro asal Taiwan, dan produsen motor listrik Gesits.

Ke depan, Gojek dan TOBA menargetkan rencana investasi sekitar US$1 miliar (atau sekitar Rp15 triliun berdasarkan kurs Rp14.999 per dolar AS) dalam lima tahun ke depan, guna mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Gojek mencatat saat ini sudah memiliki ratusan kendaraan listrik dan akan dikembangkan secara bertahap.

"Antusiasme masyarakat dalam menyambut layanan ini juga cukup tinggi, ditandai dengan keberhasilan kami dalam mencapai jarak tempuh 1 juta kilometer dalam waktu 3 bulan, dari yang sebelumnya kami targetkan untuk tercapai akhir tahun," ujar Senior Vice President Corporate Affairs Go-Jek Rubi W Purnomo melalui keterangan resmi kepada Bisnis, Kamis (14/7/2022).

Mengutip dataindonesia.id, pangsa pasar ojek online Gojek bersaing cukup ketat dengan perusahaan penyedia ride hailing asal Singapura, Grab. Selama Maret 2020 hingga Februari 2021, keduanya saling berlomba merebut pangsa pasar satu sama lain.

Sejak September 2020, Gojek terus mencoba menguasai pasar, terlihat dari pangsa pasarnya yang tak pernah di bawah 50 persen. Sampai dengan Februari 2021, Gojek menguasai pangsa pasar ojek online yakni 59 persen.

Di sisi lain, Grab Indonesia mencatat bahwa sudah mulai mengembangkan kendaraan listrik (sebagian besar sepeda motor) sejak 2019. Selama tiga tahun sampai dengan saat ini, Grab telah memiliki total 8.500 unit kendaraan listrik yang dioperasikan di delapan provinsi utamanya Jawa, Bali, dan Sumatera.

Layanan kendaraan listrik Grab, Grab Electric, dipasok oleh Gesits, Kymco, dan Viar. Perusahaan asal Korea Selatan Hyundai ikut menyediakan kendaraan listrik roda empat yang dioperasikan Grab.

Tidak hanya itu, dua perusahaan pelat merah juga ikut mengembangkan kendaraan listrik Grab yakni PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).

President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menyebut 8.500 unit kendaraan listriknya telah berkontribusi menghemat emisi CO2 sebesar kurang lebih 5.000 ton.

"Atau konversi terhadap BBM 2 juta liter selama ini," jelasnya pada peresmian tampilan baru Grab Electric yang dihadiri juga oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Gedung Kemenko Marves, Selasa (12/7/2022).

Pada kesempatan yang sama, Menko Luhut mengatakan akan mendukung langkah penngembangan ekosistem kendaraan listrik, termasuk seperti yang dikembangkan oleh Grab.

"Grab Electric akan kami dukung terus pokoknya sepanjang untuk Indonesia. Hanya satu permintaan, headquarter-nya dipindah ke sini lagi dari Singapura," terang Luhut.

Bersamaan dengan hal tersebut, Luhut mengungkap tengah mengkaji proyek penyediaan maupun konversi kendaraan bertenaga listrik. Salah satu lokasi penggunaan kendaraan-kendaraan tersebut yakni di sejumlah destinasi wisata.

Luhut menargetkan pilot project yang dikembangkan dengan sejumlah kementerian dan BUMN itu bisa menggunakan baterai listrik buatan dalam negeri.

"Dalam 2,5 tahun apabila bisa kita buat, itu bagus," katanya.

Luhut menyampaikan bahwa pengembangan kendaraan listrik sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) mobil dan sepeda motor. Dia mengungkap saat ini subsidi BBM untuk setiap mobil penumpang sebesar Rp19,2 juta per mobil setiap tahunnya.

Sementara itu, subsidi yang dikeluarkan untuk sepeda motor yakni Rp3,7 juta per tahun untuk setiap unit yang ada di Tanah Air.

"Jadi anda bayangkan kalau kita ada sepeda motor 136 juta, ya hitung aja subsidinya. Jadi mulai sekarang sudah diperintahkan Presiden untuk menghitung semua yang bisa kita kurangi dari penggunaan bensin itu untuk [dialihkan] ke elektrik [kendaraan listrik]," ucapnya.

INFRASTRUKTUR BELUM SIAP

Kendati swasta, BUMN, sampai dengan pemerintah tengah gencar mendorong pembuatan ekosistem kendaraan listrik, masih ada sejumlah pekerjaan rumah utama yang harus disiapkan.

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang menilai saat ini masyarakat belum terlalu tertarik menggunakan kendaraan listrik. Menurutnya, terdapat sejumlah prasyarat agar transisi menuju kendaraan beremisi rendah bisa menarik perhatian masyarakat.

Penyediaan infrastruktur kendaraan listrik hingga regulasi limbah baterai dinilai harus siap terlebih dahulu. Saat ini, Deddy menilai prasyarat tersebut belum siap.

"Apakah infrastruktur mobil listrik sudah siap [SPKLU, bengkel dan lain-lain]? Regulasi limbah baterai [kendaraan listrik] sudah siap? Saya pikir belum siap semua, jadi masyarakat masih kurang tertarik," terangnya, Rabu (13/7/2022).

Deddy menyebut apabila fasilitas-fasilitas seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) maupun bengkel kendaraan listrik belum terealisasi, maka masyarakat akan sulit untuk berpindah menggunakan kendaraan listrik.

Di sisi lain, harga kendaraan listrik khususnya mobil saat ini masih mahal dan baru hanya bisa dibeli segelintir orang. Untuk itu, Deddy menilai mobil listrik menjadi tidak menarik kecuali pemerintah memberikan "penawaran" yang menarik.

"Mobil listrik tidak menarik, kecuali pemerintah ada insentif pasti menjadi menarik," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Dany Saputra
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper