Dampak Resesi AS, Ekonom: Pendanaan Startup Makin Seret

Rahmi Yati
Kamis, 14 Juli 2022 | 18:05 WIB
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Ilustrasi Startup. Bisnis/Arief Hermawan P
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan sejumlah dampak dari resesi di Amerika Serikat (AS) terhadap perkembangan bisnis perusahaan rintisan (startup) di Tanah Air.

Menurut Bhima, ketidakpastian ekonomi tersebut akan membuat para pemain startup makin sulit mencari pendanaan. Hal itu dikarenakan perusahaan modal ventura banyak berasal dari AS atau negara maju lainnya.

"Jadi kalau ada masalah dari negara asalnya maka mereka akan lebih ngerem atau hati-hati untuk menyuntik startup meskipun startupnya sebagian dalam posisi tumbuh di Asia Tenggara khususnya Indonesia," kata Bhima, Kamis (14/7/2022).

Bhima menyebut dampak resesi ini akan lebih terasa oleh startup yang masih early funding atau masih berada pada tahap pendanaan awal. Sebab, modal ventura akan lebih memilih mendanai startup yang memang terbukti profit, pasarnya jelas, dan model bisnisnya sudah teruji.

Dampak lain selain permodalan jadi terbatas, ujarnya, adalah perusahaan modal ventura akan meminta agar startup melakukan efisiensi atau mengejar profitabilitas dibandingkan melakukan bakar uang untuk merebut market share.

"Jadi akan ada perubahan model bisnis yang tadinya burning cash, promo diskon besar-besaran untuk menarik pelanggan baru sekarang dituntut untuk lebih banyak mencari profitabilitas," tambah Bhima.

Dengan begitu, dia memprediksi akan banyak startup yang akan melakukan peralihan. Misalnya yang bisnis utamanya e-commerce mungkin akan beralih ke jasa keuangan, logistik mungkin beralih ke paylater dan lainnya.

Tak hanya itu, lanjut Bhima, resesi ini juga akan memaksa beberapa startup untuk melakukan merger atau akusisi. Sebab, dibandingkan membiayai dua startup, modal ventura akan lebih baik membiayai startup yang melakukan integrasi sehingga pengawasan dan kontrol juga lebih mudah.

"Tapi yang jelas inflasi juga artinya pasar dari startup akan sangat berat karena ada penurunan daya beli konsumen. E-commerce yang diharapkan pada saat pandemi kemarin mengalami kenaikan permintaan mungkin tahun ini tumbuhnya agak sedikit melambat," tutup Bhima.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper