Bisnis.com, JAKARTA - Dagangan, startup e-commerce yang fokus dalam melayani masyarakat di wilayah perdesaan, mengungkapkan alasan direct to consumer atau (D2C) ditunda.
CEO dan Co-founder Dagangan Ryan Manafe menjelaskan D2C yang akan Dagangan garap akan menggunakan aplikasi yang sama dengan aplikasi sosial commerce untuk agen atau reseller. Dia menilai untuk user journey yang baik dan berbeda adalah memisahkan aplikasi tersebut.
Ryan juga ungkapkan dengan tim tech yang terbatas, pengerjaan aplikasi D2C ini akan memakan waktu beberapa bulan. Ryan menegaskan D2C ditunda namun tidak dihentikan.
"Demi mempertahankan kepuasaan konsumen, Kami rampungkan duku aplikasi D2Cnya bersama persiapan lainya khusus untuk menggarap segmen baru ini." ujar Ryan kepada Bisnis.com, Senin (4/7/2022).
Adapun, baru-baru ini Dagangan mendapatkan pendanaan Pra–Seri B senilai US$6,6 Juta atau sekitar Rp95,3 miliar dipimpin oleh BTPN Syariah Ventura bersama Monk’s Hill Ventures dan Hendra Kwik, CEO Payfazz.
Ryan mengatakan dana ini akan digunakan untuk ekspansi bisnis serta meningkatkan kapabilitas tim pengembangan produk dan teknologi. Dagangan juga akan bekerja sama dengan institusi keuangan lainnya untuk mengembangkan layanan finansial.
Dagangan merupakan platform e-commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, bahan makanan segar dan beku, hingga produk fashion, dan memberikan layanan pengantaran barang belanjaan di hari yang sama dan keesokan harinya.
Perusahaan yang berbasis di Yogyakarta ini memfokuskan diri membangun pusat pengadaan kebutuhan pokok atau micro fulfilment center (hub) di kota-kota tier 3-4 dan wilayah pedesaan sehingga biaya logistik menjadi lebih efisien.