Ini Cara Cek Malware di Dalam Aplikasi Azan dan Salat

Rahmi Yati
Jumat, 22 April 2022 | 20:52 WIB
Malware/Antara
Malware/Antara
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 11 aplikasi azan dan salat di Google Play Store didapati mencuri data penggunanya. Aplikasi pencuri tersebut dikatakan mengandung malmare berupa software development kit (SDK) yang ditanamkan untuk mengambil data sensitif dari ponsel pengguna.

Ahli keamanan siber dari CISSReC Pratama Persadha mengatakan SDK merupakan sebuah tools yang digunakan oleh programmer sebagai alat bantu yang sangat mungkin bisa dengan sengaja ditanamkan pada 11 aplikasi tersebut.

"Soal mengetahui ponsel disusupi malware sebenarnya ada berbagai macam cara," kata Pratama, Jumat (22/4/2022).

Menurutnya, terkadang malware tidak bisa dideteksi dengan antivirus atau antimalware, karena sifatnya yang memang canggih dan bertipe zero-day malware.

Namun biasanya, sambung Pratama, pengguna bisa merasakan tanda-tanda ponselnya disusupi malware atau tidak. Di antaranya, ponsel terasa hangat atau panas walaupun sedang dalam posisi standby atau tidak digunakan.

"Kemudian baterai sangat boros padahal biasanya normal, paket data cepat habis di luar kebiasaan, smartphone terasa lemot padahal spek ponselnya cukup bagus, menerima sms yang isinya karakter-karakter aneh, dan smartphone tiba-tiba restart sendiri," terang Pratama.

Dia menyebut, bila beberapa hal itu dialami oleh smartphone, kemungkinan ada malware berbahaya yang sedang bekerja di belakang layar.

Sebab, imbuh Pratama, smartphone akan bekerja keras dan mengirimkan data besar ke luar, sehingga menghabiskan kuota data dan baterai smartphone.

"Untuk mitigasinya, kalau tidak bisa dibersihkan oleh antivirus atau antimalware, perlu difactory reset setelah sebelumnya data-datanya di backup terlebih dulu," ucap dia.

Lebih lanjut dia menambahkan, untuk mengurangi hadirnya platform-platform serupa serta korban pencurian data di Tanah Air, selain monitoring dari pemerintah, sangat diperlukan edukasi berinternet sedari dini.

Bahkan Pratama menyarankan edukasi berinternet ini dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan mengingat pencurian data saat ini juga semakin canggih.

"Tanpa edukasi dini, ini akan menjadikan Indonesia sasaran empuk kejahatan pencurian data. Masyarakat diharuskan dapat selalu update informasi dan memeriksa di internet, mana saja daftar aplikasi yang diduga mengambil data pribadi," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Rahmi Yati
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper