Beban Bunga Jadi Alasan UMKM Enggan Akses Platform Pinjaman Digital

Ahmad Thovan Sugandi
Kamis, 17 Maret 2022 | 06:14 WIB
Ilustrasi UMKM/surakarta.go.id
Ilustrasi UMKM/surakarta.go.id
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan asosiasi menilai kurangnya sosialisasi dan kekhawatiran terhadap tingginya bunga menjadi alasan banyak UMKM enggan mengakses pinjaman melalui platform digital.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengungkapkan bahwa layanan pendanaan berupa pinjaman modal sudah banyak tersedia bagi UMKM baik dari perbankan maupun selain perbankan.

"Namun, menurut saya, masih ada kekhawatiran dari para UMKM dengan adanya bunga yang terkadang menjadi beban karena dianggap tinggi," ujarnya, Rabu (16/3/2022).

Dia menambahkan membuat para pemilik UMKM memilih untuk mengakses pendanaan konvensional dari keluarga maupun orang terdekat. Walaupun regulasi dan penyediaan pinjaman modal di perbankan maupun startup sudah cukup baik.

"Tentu bagi kami pinjaman yang baik adalah yang tidak terlalu membebani," ujarnya.

Di sisi lain, menurut Ikhsan, kurangnya sosialisasi dari para perusahaan rintisan penyedia pinjaman modal menjadi faktor sedikitnya UMKM yang mengakses pinjaman di platform tersebut. Terutama untuk daerah di luar perkotaan.

Dia menambahkan perlunya pernah dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk turut melakukan sosialisasi akses permodalan bagi UMKM di berbagai daerah.

"Platform legal penyedia pinjaman sudah banyak, untuk di daerah perlu sosialisasi terkait teknis akses dan tahapan-tahapannya," ujar Ikhsan.

Survei yang dilakukan Mambu terhadap lebih dari 1.000 pemilik UMKM di seluruh dunia, termasuk UMKM dari Indonesia, menunjukkan lebih dari separuh (57 persen) UMKM Indonesia terpaksa mengandalkan modal pinjaman dari teman dan keluarga. Adapun 41 persen sisanya menggunakan dana pribadi dalam memulai bisnis mereka.

Dari sekian UMKM yang tidak dapat memperoleh dana usaha yang cukup, 37 persen mengalami kesulitan arus kas, 37 persen tidak dapat meluncurkan produk atau layanan baru, dan 35 persen kesulitan membayar kembali pinjaman kepada kreditur.

Temuan Mambu justru terungkap di tengah-tengah peningkatan jumlah institusi kredit alternatif dan di saat UMKM melirik bank-bank serta fintech non-konvensional untuk mengatasi kendala yang terjadi. Peluang masuknya pemain baru juga terbuka lebar karena mayoritas (93 persen) UMKM Indonesia mengaku siap berganti pemberi pinjaman untuk mendapatkan kemudahan modal pinjaman.

Sementara itu, hampir separuh (49 persen) dari UMKM Indonesia menyebutkan manfaat dan insentif pinjaman yang lebih baik sebagai alasan utama dalam berganti pemberi pinjaman. Adapun, 47 persen siap berganti ke opsi keuangan yang lebih baik dan 33 persen lebih memilih layanan pinjaman digital yang lebih baik, seperti menggunakan aplikasi seluler untuk mengelola proses peminjaman.

Meskipun suku bunga rendah menjadi pertimbangan utama bagi 95 persen UMKM dalam proses pengambilan keputusan, 93 persen juga menghendaki proses pengajuan pinjaman yang cepat, dan 86 persen menginginkan jadwal pelunasan yang berjangka waktu lama.

Terkait dengan perbaikan proses pengajuan pinjaman, 92 persen UMKM Indonesia menginginkan proses keputusan pinjaman yang lebih cepat, 90 persen tertarik dengan persyaratan agunan yang ringan atau bahkan tanpa agunan, dan 89 persen menghendaki syarat pinjaman yang lebih fleksibel.

Temuan tersebut seperti menunjukkan kinerja para startup penyedia pinjaman modal yang kurang maksimal. Hal itu karena sampai dengan akhir 2021, Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) mencatat ada 9,2 juta UMKM yang masuk ke ekosistem digital.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper