Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura menyebut penawaran publik perdana atau IPO saham PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) terancam mengalami nasib yang sama dengan PT Bukalapak Tbk. (BUKA).
"Menurut saya, persiapan [GoTo] kurang jelas dan tidak akan jauh beda dari Bukalapak karena secara data mereka masih merugi. Saya rasa ini untuk menyelamatkan keuangan mereka," ujarnya, Selasa (15/3/2022).
Menurut Tesar, IPO GoTo kemungkinan akan bernasib sama seperti Bukalapak jika tidak banyak mengambil banyak pelajaran dari IPO e-commerce tersebut pada tahun lalu. Dia juga menilai investor relatif berkaca pada kondisi Bukalapak saat ini.
Jika harga saham GoTo anjlok seperti Bukalapak, lanjutnya, hal itu akan meyakinkan banyak investor bahwa ekspansi startup tidak cocok menggunakan strategi IPO.
Tesar mengatakan harga penawaran saham IPO GoTo yang jauh lebih kecil dari Bukalapak merupakanupaya antisipasi agar harga tidak anjlok jauh.
"Jika [harga] anjlok tentu tidak akan jauh sehingga citra mereka terjaga," ujarnya.
Menurutnya, GoTo dapat terselamatkan jika melakukan inovasi layanan dan teknologi secara signifikan. Di sisi lain, Tesar bahkan menyarankan agar IPO GoTo seharusnya dilakukan tahun depan dengan kondisi yang lebih meyakinkan bagi investor.
Dia menilai GoTo seperti kehabisan dana makanya terburu-buru melaksanakan IPO.
Sebagai informasi, startup lain yang sebelumnya melantai di bursa saham Indonesia adalah Bukalapak. Saham Bukalapak (BUKA) ditawarkan pertama kali dengan harga Rp850 per lembar, kini harga saham tersebut anjlok ke angka Rp276 per 15 Maret 20220.
Rencananya, harga saham GoTo akan dibuka dengan Rp316 - Rp346. Dengan harga itu dan jumlah saham yang ditawarkan, kapitalisasi pasar nilai saham GoTo akan mencapai Rp413,7 triliun dan diklaim berpotensi menjadi kapitalosasi saham terbesar di Indonesia.
Adapun menurut pantuan Bisnis, Senin (15/3/2022), berdasarkan prospektusnya, GoTo tercatat masih mencatatkan kerugian, meski dapat ditekan hingga akhir Juli 2021. GoTo membukukan pendapatan bruto senilai Rp6,89 triliun di akhir Juli 2021. Pendapatan ini naik 40,95 persen dibandingkan Juli 2020 sebesar Rp4,89 triliun.
Begitu pula dengan pendapatan bersih perseroan yang tercatat naik 54,93 persen dari Rp1,62 triliun, menjadi Rp2,5 triliun di Juli 2021. Meski pendapatannya naik, GoTo tercatat masih membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp8,16 triliun di akhir Juli 2021. Kerugian ini tercatat lebih kecil dibandingkan Juli 2020 sebesar Rp11,2 triliun.