Stabilitas Terjaga, Asia Tenggara Bisa Jadi Tujuan Investor Global

Ahmad Thovan Sugandi
Senin, 14 Maret 2022 | 23:40 WIB
Suasana lengang terlihat di Pantai Ancol, Jakarta, Jumat (29/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana lengang terlihat di Pantai Ancol, Jakarta, Jumat (29/5/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan asosiasi menyebut Asia Tenggara dapat menjadi tujuan investor global dalam melakukan pendanaan karena pasar yang besar dan stabilitas kemanan yang terjamin.

Ketua Umum Asosiasi Digital Kreatif Indonesia Saga Iqranegara menyebut, invasi Rusia ke Ukraina yang dilakukan sejak 24 Februari 2022 lalu berpotensi membuat sejumlah investor, terutama untuk sektor TI dan startup, beralih ke kawasan lain dengan potensi pasar yang lebih besar dan stabilitas keamanan.

"Menurut saya, pastinya investor akan mencari kawasan dengan stabilitas ekonomi dan jaminan keamanan yang baik, Asia Tenggara memenuhi dua hal tersebut," ujarnya, Senin (14/3/2022).

Dengan itu, diharapkan dampak positif dapat dirasakan oleh startup dan perusahaan teknologi di Indonesua, dengan kemungkinan beralihnya pendanaan ke kawasan Asia. Terutama Indonesia dengan pasar yang sangat besar.

Namun, Saga juga mengatakan, konflik yang terjadi di Eropa, bila terus berkepanjangan akan berdampak buruk pada ekonomi global. "Efek berantainya bisa menahan investor di seluruh dunia untuk menahan uangnya, tetapi sejauh ini efek ini belum terlihat di Indonesia," ujarnya.

Senada dengan itu, Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut, para investor akan lebih melirik negara atau kawasan lain yang berkembang di dalam ekosistem digital.

"Bagaimanapun juga startup ini kan hidup dari uang investor, ketika investor tidak ada, itu akan memberatkan. Bisa jadi akan dibantu pemerintah, tetapi dalam konteks ini, masih ada perang yang berkecamuk," ujarnya.

Menurut Huda, para investor startup di kawasan Eropa Timur diperkirakan segera pindah ke Asia Tenggara. Mengingat Asean sendiri sudah menjadi incaran investor global.

"Namun menurut saya hal itu tidak akan signifikan dan merubah ekosistem serta pendanaan startup di Indonesia yang sudah besar," ujar Huda.

Menurut laporan International Data Corporation ( IDC ) pada 7 Maret 2022 lalu, invasi Rusia ke Ukraina serta respon diplomatik dan ekonomi yang dihasilkan telah mempengaruhi pasar teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

IDC menjelaskan, skenario geopolitik yang berkembang akan mempengaruhi permintaan TIK global dalam beberapa bulan dan tahun mendatang. Survei Quick Pulse IDC Global CIO yang baru menemukan, lebih dari setengah responden akan meninjau ulang atau mempertimbangkan rencana pengeluaran teknologi mereka pada 2022, dengan 10 persen responden akan menyesuaiksn ulang rencana investasi TIK mereka.

Sementara itu, IDC memperkirakan adanya penurunan tajam untuk belanja TIK di Rusia dan Ukraina. Untungnya permintaan dari kedua negara tersebut bila digabungkan hanya menyumbang 5,5 persen dari semua pengeluaran TIK di Eropa dan 1 persen di seluruh dunia.

Namun, pada saat yang sama, kemungkinan dampak krisis terhadap perdagangan, rantai pasokan, arus modal, dan harga energi akan menghasilkan konsekuensi negatif baik bagi pasar TIK regional maupun dunia.

Sementara itu, menurut IDC, sebelumnya ada lebih dari 100 perusahaan global telah mendirikan anak perusahaan di Ukraina dan lebih banyak lagi yang beroperasi di Rusia. Konflik telah menggusur puluhan ribu pengembang di Ukraina dan menyebabkan relokasi beberapa layanan perusahaan di kedua negara.

Hal itu, menurut catatan IDC, membuat rencana ekspansi dan investasi di masa depan, perlu dievaluasi kembali sehubungan dengan konflik tersebut.

Adapun, menurut laporan Crunchbase yang dirilis 5 Januari 2022 lalu menyebut, pada 2021 total investasi perusahaan modal ventura global mencapai US$643 miliar. Dari angka tersebut, investasi di Eropa sebesar US$116 miliar, lebih kecil dari keseluruhan investasi di Asia yang sebesar US$165 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Edi Suwiknyo
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper