Punya Peran Strategis, Industri Telekomunikasi Perlu Didorong Agar Sehat

Thomas Mola
Kamis, 17 Februari 2022 | 21:19 WIB
Teknisi melakukan perawatan jaringan di salah satu menara BTS, di Bandung, Jawa Barat./JIBI-Rachman
Teknisi melakukan perawatan jaringan di salah satu menara BTS, di Bandung, Jawa Barat./JIBI-Rachman
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Industri telekomunikasi dan informatika memainkan peran penting dan mampu berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Kontribusi industri telekomunikasi terhadap perekonomian saat ini di bawah industri pengolahan, pertanian, kehutanan, perikanan, perdagangan dan konstruksi.

BPS mencatat pada 2020 industri padat modal itu menyumbang 4,51 persen PDB Indonesia. Padahal tahun sebelumnya kontribusi industri telekomunikasi hanya menyumbang 3,96 persen dari PDB Indonesia.

Untuk itu, industri telekomunikasi perlu terus didorong agar lebih sehat termasuk dengan membantu industri telekomunikasi tumbuh positif.

Pemerintah juga telah mempermudah konsolidasi industri telekomunikasi seperti dalam UU Cipta Kerja yang memberikan kemudahan perusahaan telekomunikasi untuk melakukan merger dan akuisisi.

Beberapa operator telekomunikasi merespon positif dengan melakukan merger dan akuisisi. Indosat misalnya melakukan merger dengan Hutchison 3, sementara dalam waktu dekat XL Axiata juga berencana mengakuisisi Link Net.

Andrew Sebastian Susilo, Research Analyst MNC Sekuritas mengatakan merger akuisisi pada industri telekomunikasi merupakan keniscayaan. Tujuan merger akuisisi adalah untuk menyehatkan perusahaan telekomunikasi.

Dia menuturkan dengan merger atau akuisisi perusahaan telekomunikasi seperti XL dan Link Net maupun Indosat H3I, perusahaan akan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

Dengan merger Indosat H3I, Indosat akan mengoptimalkan sumber daya yang mereka miliki salah satunya, dengan penggabungan alat produksi (frekuensi dan BTS) yang mereka miliki.

Selama ini jangkauan jaringan 4G H3I lebih kecil dari Indosat sehingga dengan merger mereka dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.

Di sisi lain, merger XL dan Link Net, akan memberikan dampak kenaikan jumlah pelanggan fixed broadband yang dimiliki XL naik signifikan. Selain itu dengan merger XL Link Net, maka bentuk bisnis anak usaha Axiata Bhd ini akan menyamai bisnis yang Telkom memiliki seperti jaringan seluler dan fixed broadband.

Sebastian menuturkan merger XL Link Net akan memperkuat posisi XL sebagai penyelenggara fixed broadband dan ingin memiliki bisnis model yang sama dengan Telkom dalam penggelaran fixed broadband.

“Apalagi pada era 5G nanti keberadaan fixed broadband dan fiber optik sangat vital bagi pertumbuhan industri telekomunikasi. Akuisisi Link Net oleh XL diharapkan akan semakin meningkatkan kecepatan mobile internet XL," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (17/2/2022).

Selain akan mengkonsolidasi sumber daya yang dimiliki, Sebastian menyebutkan merger operator telekomunikasi di Indonesia juga akan memberikan harapan perbaikan terhadap kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi.

Dengan konsolidasi ini diharapkan perang harga antar operator semakin berkurang sehingga operator telekomunikasi berpotensi meningkatkan kinerja keuangannya. Operator juga akan memiliki kemampuan untuk menggelar jaringan dan meningkatkan pelayanannya kepada pelanggan.

“Bisnis layanan Internet kedepan akan mengutamakan kualitas layanan kepada pelanggan. Merger sangat strategis sebagai salah satu upaya untuk menyehatkan industri telekomunikasi agar tidak terjadi perang harga," lanjutnya.

Agar industri telekomunikasi semakin sehat, operator mampu menggelar jaringan lebih luas dan mengadopsi teknologi terbaru, Sebastian berharap pemerintah dapat segera membuat aturan agar operator tak lagi melakukan perang harga.

Jika operator terus melakukan perang harga, Sebastian percaya cita-cita konsolidasi untuk menyehatkan industri telekomunikasi tak akan tercapai. Seharusnya, dengan kebutuhan masyarakat yang tinggi akan broadband, revenue operator harusnya meningkat.

“Namun, kenyataan tidak demikian. Bahkan harga layanan data di Indonesia termasuk yang terendah di dunia. Agar data yield tak semakin terperosok, pemerintah harus membuat aturan batas atas dan bawah layanan telekomunikasi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Thomas Mola
Editor : Thomas Mola
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper