Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena bulan hitam akan terjadi di akhir Januari mendatang, di wilayah Amerika Serikat.
Bagaimana dengan Eropa bagian Timur, Indonesia, hingga kep. Line? Fase Bulan Baru keenam di tahun 2022 terjadi pada 30 Mei pukul 11.30.08 UT. Sehingga, untuk wilayah-wilayah tersebut baru akan mengalami "Bulan Hitam" di penghujung bulan Mei 2022.
Mengapa fenomena Bulan Hitam bisa terjadi berbeda-beda di setiap tempat?
Mengutip keterangan Lapan di website resminya, hal ini dikarenakan zona waktu yang digunakan berbeda-beda di setiap tempat. Selain itu, jatuhnya fase Bulan Baru untuk setiap lunasi juga berbeda-beda. Sehingga, ada wilayah yang mengalami Bulan Hitam Tripel, ada wilayah yang mengalami Bulan Hitam Ganda dan ada wilayah yang hanya mengalami Bulan Hitam sekali saja.
Bulan Hitam secara kasat mata memang tidak dapat dilihat, hal ini karena konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari yang terlihat pada satu garis lurus jika diamati dari atas kutub, sehingga permukaan Bulan yang menghadap Bumi tidak terkena cahaya Matahari dan Bulan tampak gelap.
Setiap 2 hingga 5 kali setahun, konfigurasi ini bertepatan dengan ketika Bulan berada di titik simpul orbit (perpotongan ekliptika dan orbit Bulan) sehingga bayangan Bulan jatuh ke permukaan Bumi dan mengakibatkan Gerhana Matahari.
Bulan Hitam (sebagai Bulan Baru kedua di dalam bulan Masehi) sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 31 Oktober 2016 dan 30 Agustus 2019. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 31 Desember 2024 dan 30 September 2027 mendatang. Sedangkan, Bulan Hitam sebagai Bulan Baru ketiga di dalam musim astronomis yang mengandung empat fase Bulan Baru sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 22 Agustus 2017 dan 19 Agustus 2020. Fenomena ini akan terjadi kembali pada 19 Mei 2023 dan 23 Agustus 2025.
Sementara itu, Bulan Hitam Tripel (dua Bulan Hitam di akhir bulan Masehi dan tidak ada Bulan Baru di bulan Februari) pernah terjadi di Indonesia, Amerika Serikat dan Kanada bagian timur pada tahun 2014 dan akan terjadi kembali pada tahun 2033 mendatang.
Selain itu, Bulan Hitam sebagai fenomena ketika tidak ada fase Bulan Purnama di bulan Februari (sehingga terdapat Bulan Biru Ganda di akhir Januari dan akhir Maret), pernah terjadi di Indonesia, Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko di tahun 2018 dan akan terjadi kembali pada tahun 2037.
Sebagaimana fase Bulan Baru pada umumnya, Bulan Hitam dapat mengakibatkan naiknya pasang laut dibandingkan hari-hari lainnya ketika konfigurasi Bumi-Bulan-Matahari tidak segaris (jika diamati dari atas kutub). Masyarakat diimbau agar tidak melaut saat air laut sedang pasang.
Berikut empat definisi "Bulan Hitam" yang berbeda-beda seperti berikut ini dikutip dari laman resmi Lapan :
1. Fase Bulan Baru yang kedua dalam satu bulan Masehi
Fenomena ini cukup sering terjadi karena berlangsung periodik dengan periode 29 bulan. Hal ini disebabkan umur bulan Masehi selain Februari (30 dan 31 hari) lebih panjang dibandingkan dengan durasi siklus sinodis Bulan (disebut juga lunasi, yakni 29,53 hari) dan Bulan Baru pertama di dalam bulan Masehi jatuh di awal bulan, sehingga Bulan Baru kedua jatuh di penghujung bulan Masehi.
2. Fase Bulan Baru ketiga dalam satu musim astronomis (dari ekuinoks ke solstis maupun solstis ke ekuinoks) yang mengandung empat fase bulan baru
Fenomena ini terjadi setiap 33 bulan. Hal ini disebabkan oleh durasi musim astronomis (89 dan 93 hari) lebih panjang dibandingkan dengan interval Bulan Baru pertama hingga keempat (3 × 29,53 ≈ 88,6 hari). Selain itu, Bulan Baru pertama di dalam musim astronomis jatuh pada awal musim, sehingga Bulan Baru keempat jatuh pada akhir musim.
3. Tidak terdapat fase Bulan Baru di bulan Februari
Hal ini dikarenakan umur bulan Februari dalam tahun basit (28 hari) lebih pendek dibandingkan dengan durasi siklus sinodis Bulan (atau disebut juga lunasi, yakni 29,53 hari). Fenomena ini terjadi setiap 19 tahun sekali, sesuai dengan siklus metonik ketika fase Bulan Baru bertepatan dengan tanggal Masehi yang sama.
4. Tidak terdapat fase Bulan Purnama di bulan Februari
Hal ini dikarenakan umur bulan Februari dalam tahun basit (28 hari) maupun tahun kabisat (29 hari) lebih pendek dibandingkan dengan durasi siklus sinodis Bulan (atau disebut juga lunasi, yakni 29,53 hari). Fenomena ini terjadi setiap 19 tahun sekali, sesuai dengan siklus metonik ketika fase Bulan Purnama bertepatan dengan tanggal Masehi yang sama.