Bisnis.com, JAKARTA – Perubahan perilaku masyarakat di masa pandemi Covid-19 menjadikan dompet dan uang digital sebagai produk startup fintech yang paling banyak digunakan sepanjang tahun lalu.
Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menyebut bahwa dompet dan uang digital dapat tumbuh pesat di 2021, karena berhasil menjadikan produknya sebagai bagian dari kebiasaan atau keseharian masyarakat.
“Dompet dan uang digital mendominasi startup sektor fintech,” katanya, Senin (3/1/2022).
Pernyataan Dianta itu didukung oleh riset yang dilakukan DS Innovate. Menurut survei tersebut, ada lima kategori fintech yang sering digunakan oleh konsumen pada 2021.
Lima entitas tersebut adalah uang digital sebanyak 53,7 persen, pay later 33,9 persen, P2P lending personal 24 persen, investasi 21,9 persen, dan P2P business lending 19,1 persen.
Riset DS Innovate Fintech Report 2021 tersebut menjelaskan, penggunaan pinjaman dan investasi daring meningkat pesat, terutama di masa pandemi Covid-19. Konsumen cenderung menahan anggaran dan mencari opsi untuk mendapatkan modal atau uang.
Dari segi persepsi, survei itu mencatat sebagian besar responden mengakui fintech sebagai layanan pinjaman daring (15,1 persen), kemudahan bertransaksi (13,3 persen), dan keuangan digital (12,9 persen).
Selain itu ada juga 7,3 persen responden yang disurvei melihat produk fintech sebagai layanan keuangan daring.
Rata-rata masyarakat menggunakan uang dan dompet digital sekitar dua hingga enam kali per bulan untuk berbagai jenis transaksi, seperti transfer uang, top-up, e-commerce, dan investasi.
Riset tersebut juga menyebut, uang digital menempati urutan pertama sebagai produk fintech yang paling banyak digunakan dalam satu tahun terakhir dengan porsi hamper 40 persen.
Selain itu, produk fintech yang diharapkan mampu mendominasi pada tahun ini adalah investasi (26 persen), uang digital (20,7 persen), dan pinjaman produktif P2P (12,1 persen).