Bisnis.com, JAKARTA - Badai matahari yang meletus dari matahari pada Senin (20 Desember) dapat meningkatkan tampilan cahaya utara di sekitar kutub utara, hari ini (22 Desember) atau Kamis 23 Desember waktu Indonesia Barat, kata pusat prakiraan cuaca luar angkasa Kantor Met Inggris
CME yang meledak dari matahari pada 6:36 EST (1136 GMT) hari Senin kemarin, diperkirakan akan mencapai Bumi pada Kamis (23 Desember). Itu berasal dari suar matahari kelas M1.9 yang kuat yang meletus dari bintik matahari yang disebut Wilayah Aktif 2908, menurut Spaceweather.com.
"Oval aurora kemungkinan akan sedikit meningkat pada garis lintang tinggi dari tanggal 22 hingga 24 karena peningkatan aktivitas geomagnetik lubang koronal, dan kemungkinan lontaran massa korona yang lemah tiba pada tanggal 23," tulis Met Office di situs webnya dilansir dari Space.com.
Menurut Jaringan Cuaca Antariksa Badan Antariksa Eropa (ESA), matahari telah cukup sibuk dalam seminggu terakhir dengan beberapa daerah aktif bermunculan di permukaannya yang terik menjelang Natal.
Badai geomagnetik yang dipicu oleh CME Senin diperkirakan hanya kecil, kata Met Office. Badai geomagnetik terjadi ketika partikel bermuatan dari matahari berinteraksi dengan medan magnet planet. Garis-garis medan magnet bumi akan mengarahkan partikel-partikel ini ke atas kutub, itulah sebabnya kita melihat aurora di wilayah ini.
Badai matahari disebabkan oleh koronal mass ejection, atau CME, letusan kuat partikel bermuatan magnet dan plasma dari lapisan luar atmosfer matahari, korona. Ketika diarahkan ke Bumi, CME dapat memicu badai geomagnetik yang dapat mengganggu layanan satelit dan melumpuhkan jaringan listrik.
Efek samping yang lebih menyenangkan dari peristiwa ini adalah peningkatan aurora di daerah sekitar Kutub Utara dan Selatan, tempat pertunjukan yang luar biasa ini berlangsung.