Twitter Blokir 3.400 Akun yang Buzzer Pemerintah

Akbar Evandio
Senin, 6 Desember 2021 | 21:24 WIB
Media sosial/istimewa
Media sosial/istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Platform media sosial, Twitter telah menghapus secara permanen lebih dari 3.400 akun yang memanipulasi dan menyebarkan kampanye (buzzer) berupa spam pro-pemerintah.

Dikutip melalui Bleeping Computer, akun-akun tersebut tersebar di enam negara seperti Meksiko, China, Rusia, Tanzania, Uganda dan Venezuela, di mana pemerintah sering menyebarkan informasi untuk mempengaruhi publik tentang isu politik atau ke arah pemikiran tertentu.

Twitter mengatakan dari enam negara yang menggunakan akun palsu tersebut ditemukan memiliki akun untuk melakukan kampanye buzzer, bahkan China memiliki jumlah akun palsu terbesar.

Negara bambu tersebut memiliki lebih dari 2.000 akun yang digunakan untuk menyebarkan narasi Partai Komunis China tentang perlakuan terhadap penduduk Uighur di Xinjiang.

Twitter juga menemukan 112 akun lain yang ditautkan dengan perusahaan swasta bernama Changyu Culture yang didukung oleh otoritas regional di Xinjiang.

Pemerintah Uganda pun juga telah menggunakan lebih dari 400 profil palsu untuk menjadi buzzer mendukung presiden negara saat ini dan partainya, Gerakan Perlawanan Nasional (NRM).

Sementara itu, dari pemerintahan Venezuela ada 277 akun yang mempromosikan akun dan tagar lain terkait dengan dukungan kegiatan, topik, dan pernyataan tertentu.

Twitter mengatakan ada 276 akun palsu membagikan 'primarily civic content' untuk mendukung tindakan dari pemerintah Meksiko terkait kesehatan masyarakat dan partai politik.

Di Tanzania ada 268 akun digunakan pemerintah untuk pelaporan palsu dari anggota dan pendukung publikasi jurnalisme investigasi Fichua Tanzania dan pendirinya.

Anehnya, Twitter hanya menemukan 66 akun baik palsu maupun asli terkait dengan operasi Rusia yang menargetkan individu di Afrika Tengah dan Libya.

Platform media sosial tersebut mengatakan, rincian tentang kampanye dan akun terkait telah dibagikan dengan tiga organisasi penelitian terkemuka: Australian Strategic Policy Institute (ASPI), Cazadores de Fake News, dan Stanford Internet Observatory (SIO).

Sejak pertengahan Oktober 2018, Twitter telah mengungkapkan kampanye dari 17 negara yang menerbitkan lebih dari 200 juta tweet dan mendistribusikan sembilan terabyte media.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper