Raih Pendanaan US$300 Juta, Pengembang Pokemon Go Ingin Hadirkan Metaverse

Akbar Evandio
Rabu, 24 November 2021 | 09:05 WIB
Pokemon/youtube
Pokemon/youtube
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Platform realitas berimbuh (augmented reality/AR) di belakang gim Pokemon Go, Niantic Inc mengumumkan telah mengumpulkan pendanaan terbaru senilai US$300 juta atau Rp4,3 triliun.

Dikutip melalui TechCrunch, pendanaan dari hedge fund Coatue tersebut turut mendongkrak valuasi perusahaan menyentuh angka US$9 miliar atau sekitar 128,44 triliun.

CEO Niantic John Hanke menyebutkan perusahaan berencana untuk menggunakan dana itu untuk memperluas platform Lightship yang baru diluncurkan untuk membantu pengembang dengan kreasi AR mereka dan membangun visi mereka untuk menciptakan ‘Dunia Nyata Metaverse’.

“Niantic sedang membangun platform augmented reality berdasarkan peta dunia 3D yang kami yakini akan memainkan peran penting dalam transisi komputasi berikutnya,” katanya, dikutip dari TechCrunch Rabu (24/11/2021).

Sekadar informasi, Niantic telah bernilai hampir US$4 miliar pada awal 2019, ketika mengumpulkan US$245 juta dalam putaran investasi seri C-nya. Perusahaan telah meluncurkan dana sendiri, Niantic Ventures, yang akan berinvestasi dan bermitra dengan perusahaan yang berfokus pada AR.

Bulan lalu Niantic meluncurkan Pikmin Bloom dengan Nintendo Co Ltd, sebuah aplikasi smartphone berbasis augmented reality yang memungkinkan pengguna untuk melihat makhluk kecil seperti tumbuhan.

Langkah ini dilakukan dengan bermitra bersama Nintendo untuk Pokemon Go beberapa tahun yang lalu dan ini adalah gim pertama yang melihat adopsi augmented reality secara luas di pasar.

Adapun, tidak seperti Facebook yang mengubah nama perusahaannya menjadi Meta untuk menandakan investasinya di teknologi realitas virtual (virtual reality/VR), Niantic ingin mengembangkan teknologi yang mendekatkan orang ke dunia luar.

"Di Niantic, kami percaya manusia akan bahagia ketika dunia virtual mereka membawanya ke dunia fisik. Tidak seperti film fiksi ilmiah metaverse, metaverse dunia nyata akan menggunakan teknologi untuk meningkatkan pengalaman kita tentang dunia seperti yang kita kenal selama ribuan tahun," kata John.

Alhasil, perusahaan menjelaskan secara sederhana dibandingkan menggunakan teknologi seperti headset VR yang dinilai masih tidak dapat diakses oleh banyak pengguna di seluruh dunia, proyek AR justru kebanyakan menggunakan ponsel pintar untuk mendorong pengguna untuk menjelajahi lingkuan sekitar mereka layaknya Pokémon GO.

Niantic mengklaim bahwa ada puluhan juta orang telah memainkan gim mereka setiap bulan dan berjalan lebih dari 17,54 miliar kilometer dalam gim besutan mereka sejak diluncurkan.

Menurut analisis SensorTower, Pokémon GO menghasilkan sekitar US$1,3 miliar pada 2020. Sejak dirilis pada Juli 2016, gim hasil kolaborasi dengan Nintendo dan The Pokémon Company ini  secara total sudah meraup US$5 miliar dari player spending terhitung hingga semester I/2021.

Sebelumnya, pada Januari 2019 pencipta gim Pokémon Go tersebut juga telah mengantongi pendanaan sebesar US$ 190 juta atau setara dengan Rp2,7 triliun.

Dilansir dari The Telegraph, rincian putaran dicatat dalam pengarsipan Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat dengan melibatkan 26 investor yang dirahasiakan.

Namun, sebuah laporan The Wall Street Journal memaparkan Niantic sedang mencari putaran pendanaan baru yang melibatkan perusahaan modal ventura IVP, aXiomatic Gaming, dan Samsung yang akan menghargai perusahaan dengan US$3,9 miliar.

Investor lain yang terlibat dengan Niantic termasuk Google, The Pokémon Company dan Spark Capital, dengan Niantic sekarang mengumpulkan US$415 juta total dari putaran pendanaan karena aplikasinya terus berkembang.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper