Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (Atsi) menilai kepastian pemanfaatan spektrum frekuensi menjadi salah satu hal yang dapat mendorong masuknya investasi ke sektor telekomunikasi.
Meski undang-undang No. 11/2020 tentang Cipta Kerja memperbolehkan kerja sama dan pengalihan spektrum, belum cukup dalam memberi kepastian mengenai pemanfaatan spektrum frekuensi yang lebih optimal, termasuk untuk 5G.
Sekjen Atsi Marwan O. Baasir mengatakan meningkatkan kualitas infrastruktur telekomunikasi di tengah spektrum frekuensi yang terbatas merupakan salah satu tantangan dalam menarik investasi masuk ke Tanah Air.
Infrastruktur telekomunikasi berkualitas menjadi modal utama untuk melahirkan beragam inovasi dan solusi digital, yang ujungnya adalah masuknya investasi baru ke Tanah Air.
Pemerintah diharapkan terlibat dalam mengatasi permasalahan tersebut, dengan memberi kepastian terkait pemanfaatan spektrum frekuensi, termasuk dalam kerja sama di 5G.
“Soal spektrum ini membutuhkan kepastian regulasi agar pemanfaatan implementasi 5G dapat dirasakan secara maksimal oleh masyarakat luas,” kata Marwan, Kamis (28/10/2021).
Sekadar informasi menurut laporan Speedtest oleh Ookla, secara global Indonesia menempati urutan ke 108 dalam hal kecepatan internet bergerak, dan posisi 116 untuk kecepatan internet tetap (fixed broadband). Indonesia kalah dari Singapura (17), Brunei (36), Filipina (76), Malaysia (82) dan Laos (84) untuk urusan internet bergerak.
Tidak hanya itu, sambungnya, untuk meningkatkan kualitas infrastruktur telekomunikasi juga dibutuhkan jaringan internet cepat secara merata ke semua wilayah Indonesia dengan beragam kondisi geografis yang ada.
“Saya kira, saat ini para investor/pemain besar di industri digital sedang menunggu hal tersebut teratasi,” kata Marwan.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi menjadi kontributor terbesar kedua dalam realisasi investasi kuartal III/2021 sebesar Rp26,6 triliun, tumbuh 12,3 persen secara tahunan.
Dari sektor tersebut, pendorong utamanya adalah subsektor telekomunikasi, sebab pembangunan data center sedang marak di Indonesia dan pembangunan di daerah-daerah terpencil.
"Lebih banyak [investasi] di telekomunikasi karena kita sedang membangun data center dan beberapa infrastruktur telekomunikasi," kata Bahlil.