Bisnis.com, JAKARTA - PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) menilai harga ponsel yang makin terjangkau membuat ekosistem 5G makin cepat terbentuk. Walaupun penetrasi jaringan 5G belum luas, masyarakat dinilai akan memilih membeli ponsel 5G dibandingkan dengan 4G.
VP Network Technology Strategy Telkomsel Indra Mardiatna mengatakan ekosistem mengambil peran penting dalam mendorong penetrasi 5G.
Sekitar 2 tahun lalu, kata Indra, harga ponsel 5G masih mahal sekitar Rp10-20 juta. Saat ini harganya hanya Rp3 jutaan. Harga ponsel 5G yang makin murah ini kemudian membentuk ekosistem 5G makin cepat.
“Pelanggan sekarang kalau beli ponsel baru, kebanyakan pasti pilih ponsel 5G walaupun cakupan 5G belum luas dan merata,” kata Indra dalam acara Indonesia 5G Conference 2021, Selasa (26/10/2021).
Indra juga memperkirakan bahwa adopsi 5G ke depan akan makin cepat, seiring dengan makin matangnya adopsi 5G.
Percepatan adopsi 5G, lanjutnya, juga didorong oleh kegiatan komersialisasi generasi kelima. Telkomsel, Indosat dan XL Axiata menjadi tiga operator seluler di Indonesia yang telah mengantongi uji layak operasi 5G dari Kemenkominfo.
Indra menambahkan berdasarkan beberapa riset, pangsa pasar 5G terbesar nantinya terdapat di industri. Solusi 5G yang dihadirkan ke pasar industri akan berbeda-beda karena kebutuhan industri juga tidak sama satu sama lain.
“Misalnya manufaktur lebih banyak ke robotic, sementara itu pertambangan lebih ke solusi drone untuk mengontrol wilayah tambah yang luas, dan ini akan terus berkembang,” kata Indra.
Sekadar informasi, Informasi, Telkomsel meluncurkan layanan 5G secara komersial pada akhir Mei 2021. Saat itu Telkomsel berkomitmen untuk menggelar 5G di 9 titik.
Pada akhir September 2021, Telkomsel baru saja menyelesaikan penataan ulang spektrum frekuensi. Aktivitas tersebut diprediksi membuat kecepatan unduh 5G Telkomsel meningkat.
Direktur Network Telkomsel Nugroho mengatakan penataan ulang frekuensi akan membuat layanan 5G Telkomsel makin baik.
Sebagai gambaran, saat pertama kali 5G, Telkomsel hanya menggunakan spektrum frekuensi sebesar 30MHz di pita 2,3 GHz. Kecepatan maksimal unduh pelanggan, kata Nugroho, saat itu hanya sekitar 700Mbps.
“Setelah kami memiliki tambahan spektrum [20MHz] yang kemudian ditata ulang dan menjadi berurutan, maka kecepatan unduh bisa mencapai 1Gbps,” kata Nugroho.