Pemadaman 3G, Bisa Dimulai dari Trafik Paling Rendah

Leo Dwi Jatmiko
Minggu, 3 Oktober 2021 | 11:56 WIB
Ilustrasi - Tiang jaringan Swisscom AG yang dilengkapi dengan peralatan 5G di atas atap gedung Swisscom di Bern, Swiss, Kamis (4/7/2019). /Bloomberg-Stefan Wermuth
Ilustrasi - Tiang jaringan Swisscom AG yang dilengkapi dengan peralatan 5G di atas atap gedung Swisscom di Bern, Swiss, Kamis (4/7/2019). /Bloomberg-Stefan Wermuth
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat telekomunikasi menilai pemadaman jaringan 3G dapat dimulai dari kawasan dengan lalu lintas data paling rendah, untuk menghindari risiko kerugian pada pelanggan.

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan operator seluler memiliki kemampuan untuk mengetahui lokasi dengan jaringan 3G paling rendah. 

Seandainya operator ingin memadamkan jaringan 3G, menurut Ian, harus dimulai dari daerah dengan lalu lintas 3G terendah itu, agar tidak ada pelanggan yang dirugikan. 

“Jadi sebenarnya pelanggan tidak dirugikan karena tidak ada operator yang  mau pelanggannya kabur,” kata Ian, Sabtu (2/10/2021). 

Ian berpandangan dalam memadamkan jaringan 3G, operator seluler tidak memiliki kendala. Tantangan berada pada penjual ponsel yang masih memiliki ponsel 2G/3G untuk dijual. 

Saat ponsel tersebut terjual, tentu tidak bisa terhubung dengan jaringan 3G. Adapun bagi pelanggan yang masih menggunakan jaringan 3G, kata Ian, operator memiliki opsi untuk bekerja sama dengan vendor menukar ponsel 3G dengan 4G. 

“Sebagai program customer loyality menyediakan tukar tambah ke ponsel 4G bagi pelanggan pemilik perangkat 3G,” kata Ian. 

Pemadaman 3G, Bisa Dimulai dari Trafik Paling Rendah

Ilustrasi.

Operator terus memangkas penggelaran jaringan 3G dengan mengalihkan spektrum yang digunakan untuk menggelar 3G atau menahan pembangunan base transceiver station (BTS) 3G. 

PANGKAS 3G

Sebelumnya, Opensignal, perusahaan swasta yang fokus pada pemetaan jaringan nirkabel, mengungkapkan bahwa PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) telah mengalihkan sebagian spektrum frekuensi di pita 2,1 GHz dari 3G ke 4G. 

Peneliti Opensignal Hardik Khatri mengatakan Telkomsel dahulunya mengandalkan tiga saluran downlink 5 MHz di Band 1 (pita 2100 MHz) untuk menyediakan layanan 3G di 40 kota terbesar di Indonesia. 

Hanya saja, sambungnya, dalam 8 bulan terakhir 2021, Telkomsel mengatur ulang sebagian spektrum tersebut untuk meningkatkan kapasitas jaringan 4Gnya. 

Telkomsel menyisakan satu saluran downlink 5 MHz saja untuk 3G, dari sebelumnya tiga saluran.

“Pada awal tahun, operator telah memperbarui dua dari tiga saluran downlink 5 MHz dari 3G ke 4G di 10 kota,” kata Hardik. 

Adapun 10 kota yang dimaksud adalah Kota Bandung, Kota Tangerang, Kota Sukabumi, Kota Malang, Semarang, Surakarta, Palembang, Denpasar, Mataram dan Kota Yogyakarta. 

Lebih lanjut, sambungnya, pada akhir Agustus 2021, Telkomsel melakukan repurpose 10 MHz (2x5 MHz) di 35 dari 40 kota termasuk ibu kota Jakarta, Balikpapan, Tasikmalaya, Ambon, dan Kota Jayapura Papua. 

Kemudian di Medan, Makassar, Palangka Raya dan Tarakan. Kota Gorontalo adalah satu-satunya pengecualian, Telkomsel tetap menggunakan spektrum sebesar 15 MHz pada pita 2100 MH untuk 3G. 

Kegiatan itu membuat kualitas jaringan 4G Telkomsel makin baik. 

Sementara itu, berdasarkan laporan info memo Indosat dan XL Axiata, jumlah BTS 3G kedua operator berkurang. 

Pada kuartal II/2021 diketahui jumlah BTS 3G Indosat sebanyak 35.068 BTS, berkurang 10.388 BTS 3G. Sementara itu, XL Axiata mengoperasikan 52.534 BTS 3G pada kuartal II/2021, berkurang 1.512 BTS secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper