Telkomsel & XL Axiata Raih Tender 4G di 7.904 Desa, Ini Tantangannya

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 27 September 2021 | 19:01 WIB
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Teknisi memasang prangkat base transceiver station (BTS) disalah satu tower di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (18/3/2020).
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Upaya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan PT XL Axiata Tbk. dalam merangkul lebih banyak pelanggan makin terbuka. Kedua perusahaan terpilih sebagai penyedia layanan 4G di 7.904 desa yang bakal dibangun infrastruktur 4G.

Tantangan keduanya untuk meraup manfaat tersebut adalah membangun ekosistem digital di daerah yang masih sangat baru atau daerah yang tak pernah tersentuh internet.

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward mengatakan dengan terpilih sebagai penyedia layanan 4G, operator seluler berpeluang menambah pelanggan, juga pendapatan.

Sebagaimana ekspansi jaringan ke daerah baru, sambungnya, secara perlahan daerah yang digelar layanan telekomunikasi.

“Jadi seperti infrastruktur bandara atau jalan tol, pada saat pertama kali mungkin akan sepi namun perlahannya peminatnya bertumbuh,” kata Ian, Senin (27/9/2021).

Adapun mengenai cepat atau lambatnya daerah baru tersebut memberi keuntungan bagi operator, kata Ian, tergantung dari kematangan ekosistem di daerah tersebut.

Ekosistem digital yang terbangun akan membuat masyarakat makin tinggi ketergantungannya terhadap layanan seluler. Saat itu terjadi, operator lain akan hadir dan menggelar layanan juga. Namun, operator yang pertama kali hadir tetap yang paling untung karena secara citra telah terbangun.

“Makin banyak operator justru makin bagus juga karena ekosistem menjadi lebih cepat terbangun. Tantangannya adalah menumbuhkan ekosistem,” kata Ian.

Tantangan selanjutnya, kata Ian, adalah menghadirkan konten yang tepat dengan masyarakat di sana. Dalam hal ini konten hiburan yang sederhana dan mudah diakses lebih dibutuhkan dibandingkan dengan konten-konten berbau dagang-el atau aplikasi lainnya.

“Konten-konten yang mencerminkan ekosistem setempat harus ada,” kata Ian.

Sementara itu, Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Anang Latif mengatakan Telkomsel dan XL Axiata terpilih untuk mengelola layanan 4G di sekitar 7.904 desa.

Bakti hanya menyiapkan infrastruktur seperti lahan, menara, listrik dan lain sebagainya, sedangkan untuk base transceiver station dan jaringan 4G, disediakan oleh operator.

“Karena urusan frekuensi adalah milik operator. Jadi kerja sama dengan operator seperti itu. Jadi ketika muncul sinyal hanya milik XL atau Telkomsel,” kata Anang.

Biaya belanja modal dan operasional, kata Anang, ditanggung oleh pemerintah, dengan menggunakan biaya universal service obligation (USO) dan juga APBN. Bakti menargetkan seluruh infrastruktur - sekitar 7.904 desa - akan selesai dibangun pada tahun depan.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper