Canva Raup U$200 Juta, Kini Valuasinya US$40 Miliar

Ithamar Yaomi DC
Rabu, 15 September 2021 | 16:20 WIB
Tampilan situs Canva
Tampilan situs Canva
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Canva, aplikasi untuk mendesain dan edit foto, kini memiliki valuasi U$40 miliar setelah mendapat suntikan modal baru sebesar US$200 juta dalam putaran yang dipimpin oleh T. Rowe Price.

Investor baru dan yang sudah ada berpartisipasi dalam putaran ini, termasuk Franklin Templeton, Sequoia Capital Global Equities, Bessemer Venture Partners, Greenoaks Capital, Dragoneer Investments, Blackbird, Felicis, dan AirTree Ventures.

Dilansir dari Techcrunch, putaran ini mengukuhkan Canva sebagai salah satu perusahaan perangkat lunak (software) swasta paling berharga di luar negeri serta mendorong kancah teknologi Australia ke depan.

Co-founder dan CEO Melanie Perkins dan timnya mulai merancang Canva pada 2012, dan diluncurkan pada 2013. Premis di baliknya relatif sederhana, tetapi teknologinya sendiri tidak begitu banyak.

"Canva memungkinkan siapa saja untuk mendesain, seperti slide show presentasi, kaos, brosur, hingga pamflet," ujar Melanie Perkins seperti dikutip Techcrunch, Rabu (15/9/2021).

Langkah pertama dalam hal ini adalah membuat tampilan untuk pengguna yang benar-benar sederhana, di mana orang dapat dengan mudah menarik dan melepas komponen ke dalam desain mereka, lengkap dengan ratusan ribu template, tanpa melakukan banyak penyesuaian.

Kedua, membuat perpustakaan konten yang sangat besar, mulai dari font, template, hingga citra, gif, dan video. Kedua, membuat produk tersebut dapat diakses oleh semua orang, baik itu platform, perangkat, Bahasa, atau harga.

Bukan hanya diperuntukkan bagi desainer, Canva telah terbukti sangat bermanfaat bagi perusahaan. Jelasnya, desainer masih menggunakan Canva untuk meletakkan komponen yang telah mereka rancang di produk lain, seperti Figma dan Sketch, dan Canva sebenarnya cocok dengan berbagai produk perangkat lunak desain. Namun Canva tidak berniat untuk bersaing dengan Figma, Adobe, atau Sketch.

Perkins menggambarkannya dengan contoh kartu nama. Desainer akan membuat komponen kartu nama di platform desain pilihan mereka, lalu meletakkan template untuk kartu nama di Canva, membagikan template tersebut ke seluruh organisasi.

Dengan begitu, siapapun yang mendapat akses, mampu mengedit sendiri desain kartu tersebut tanpa bantuan desainer dan mengirimkannya untuk dicetak. Sampai sekarang, Canva memiliki lebih dari 60 juta pengguna aktif bulanan di 190 negara, dengan perusahaan besar dalam paket perusahaan. Ini termasuk Salesforce, Marriott International, PayPal, dan American Airlines.

Canva mengharapkan pendapatan tahunan melebihi US$1 miliar pada akhir tahun 2021. Lebih dari 500.000 tim membayar produk dalam kapasitas tertentu.

Dengan tim 2.000 orang, Canva akan menggunakan fresh funding untuk menggandakan tenaga kerjanya di tahun depan. Perkins menjelaskan sebagian besar pertumbuhan perusahaan berkaitan dengan obsesi untuk menciptakan produk gratis yang sangat berharga.

“Kami sengaja membuat produk gratis kami sangat murah hati karena sejumlah alasan,” kata Perkins.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper