Menilik Kembali Keamanan Dompet Digital di Tanah Air

Rezha Hadyan
Sabtu, 4 September 2021 | 20:39 WIB
Konsumen menggunakan dompet digital ShopeePay saat melakukan pembayaran di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Konsumen menggunakan dompet digital ShopeePay saat melakukan pembayaran di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat masyarakat Indonesia jadi lebih melek teknologi. Salah satu teknologi yang berhasil mencuri hati banyak orang di Tanah Air tentunya adalah platform dompet digital (e-wallet).

Selain kemudahan transaksi yang ditawarkan, dompet digital juga menawarkan berbagai macam promosi berupa diskon, cashback, atau penawaran menarik lainnya kepada para penggunanya. Bahkan, saat ini tak sedikit yang akhirnya menaruh dana dalam jumlah besar di platform tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Salah satu contoh adalah Anissa Safira, dia mengaku setiap bulannya mengalokasikan separuh gaji yang diterimanya untuk top-up atau isi ulang saldo dompet digitalnya. Pasalnya, dia tak mau repot-repot terlalu sering mengisi ulang saldonya ketika ingin bertransaksi, baik daring maupun luring.

“Sekarang bayar tagihan juga online, belanja online, di toko bayar juga bisa pakai [dompet digital] tanpa sentuhan. Belum lagi promo-promonya. Daripada top-up bolak-balik jadi nggak efisien dan keluar biaya administrasi juga kan,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Safira mengaku tak khawatir dengan keamanan sejumlah dompet digital yang dia gunakan. Dia meyakini bahwa sistem keamanan dari platform tersebut sama amannya dengan sistem keamanan layanan perbankan.

“Tentunya tetap hati-hati agar [akun] tak dibobol dan tidak jadi korban penipuan. Dipilih-pilih juga mana dompet digital yang aman untuk menyimpan [saldo] banyak, selain banyak promonya ya,” ungkapnya.

Berbeda dengan Safira, Satriyadi mengaku dirinya lebih memilih menggunakan akun virtual (virtual account) ketika berbelanja daring di platform dagang el (e-commerce), alih-alih menggunakan dompet digital. Dia masih meragukan keamanan platform tersebut lantaran tidak adanya penjaminan seperti rekening bank dan sistem keamanan yang menurutnya jauh dari kata siap.

“Saya prefer pakai virtual account perbankan kalau transaksi di e-commerce. Terlalu banyak dompet digital infrastrukturnya belum siap malah membuat khawatir. Belum lagi tidak ada jaminan seperti uang di bank oleh LPS [Lembaga Penjamin Simpanan],” katanya kepada Bisnis.

Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Retno Ponco Widarti menyebut dana milik pengguna yang tersimpan di dompet digital tetap aman walaupun tidak dijamin seperti rekening perbankan. Pasalnya, pihaknya telah mengatur penempatan dana oleh penyedia layanan dompet digital.

Tentunya, upaya tersebut dilakukan untuk mencegah dana tersebut digunakan atau diinvestasikan sembarangan oleh penyedia layanan yang berpotensi merugikan para pengguna atau pemilik dana jika terjadi kerugian di kemudian hari.

“Penyedia jasa pembayaran wajib menempatkan dana float-nya itu dalam penempatan yang aman. Komposisinya minimal 30 persen dana float tadi ditempatkan di giro bank BUKU 4. Maksimal 70 persen sisanya harus ditempatkan di surat-surat berharga yang liquid atau mudah dicairkan,” katanya dalam sebuah diskusi virtual baru-baru ini.

Selain itu, untuk menjamin keamanan dana pengguna dompet digital, telah diberikan pengecualian kepada penyedia layanan dompet digital dari kepailitan. Kemudian dari sisi sistem keamanan yang digunakan BI juga melakukan pengawasan ketat untuk menghindari kecurangan atau fraud oleh penyedia layanan dompet digital.

“Mereka yang melanggar ketentuan fraud BI tentunya akan mendapatkan sanksi tegas, termasuk penghentian hingga pencabutan izin operasional,” tegasnya.

Walaupun demikian, keamanan yang diupayakan oleh BI maupun penyedia layanan dompet digital tak bisa berjalan maksimal tanpa adanya pengetahuan yang memadai dari pengguna platform tersebut. Oleh karena itu, Retno menyebut pihaknya terus berupaya mengedukasi masyarakat, khususnya pengguna dompet digital agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

“Fraud ini biasanya terjadi karena ketidaktahuan pengguna juga, Ini perlu diberikan edukasi dari kita maupun penyedia layanan agar platform ini bisa lebih aman,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Ekonom Center of Reform and Economics (CORE) Piter Abdullah Redjalam mengatakan bahwa dompet digital masih sangat aman untuk digunakan sebagai sarana transaksi. Namun, dirinya tak menampik bahwa terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi untuk meyakinkan masyarakat agar tertarik menggunakan platform tersebut.

“Masih sangat aman, tetapi ke depannya ada sejumlah tantangan dan risiko yang dihadapi terkait sistem pembayaran digital mulai dari pembayaran tak terbayar hingga risiko fraud, “katanya.

Menurut Piter, regulator yang dalam hal ini adalah BI harus mampu memberikan jaminan keamanan dan menjaga kelancaran sistem pembayaran pada dompet digital, alih-alih hanya mendorong masyarakat untuk beralih menggunakan platform tersebut.

“Masyarakat juga memiliki peran penting untuk memastikan keamanan pembayaran digital yang mereka gunakan. Tidak hanya regulator dan penyedia layanannya saja,” ujarnya.

Head of Strategic Merchant Acquisition ShopeePay Eka Nilam Sari mengatakan pihaknya menjamin keamanan dari seluruh penggguna ShopeePay. Adapun, kasus pembobolan akun yang selama ini terjadi biasanya tak terlepas dari ketidaktahuan pengguna yang memberikan kata sandi sekali pakai (one time password/OTP) kepada pelaku penipuan.

“Fraud ini karena pengguna tidak tahu, memberikan OTP-nya sembarangan. Padahal OTP ini tidak boleh diberikan kepada siapapun termasuk customer service. Customer service ini tak pernah meminta OTP,” katanya.

Oleh karena itu, Eka menyebut pihaknya tak pernah berhenti memberikan edukasi kepada ShopeePay yang terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna platform dagang el Shopee.

Sementara itu, Managing Director, Chief Compliance Officer at Gopay Budi Gandasoebrata menyatakan bahwa keamanan pengguna menjadi fokus pihaknya di tengah ketatnya persaingan bisnis dompet digital di Indonesia. Keamanan pengguna menjadi hal yang krusial agar pengguna tetap bertahan dan tidak pindah ke platform lain yang menurut mereka lebih aman.

“Pengguna Gopay tidak perlu takut dengan scam atau account takeover. Keamanan ini menjadi salah satu aspek penting dalam persaingan sistem pembayaran yang mana makin banyak pemain masuk,” ujarnya.

OTENTIFIKASI DUA FAKTOR

Secara terpisah, Pakar keamanan siber dari Vaksincom Alfons Tanujaya menyebut sejatinya sistem keamanan yang digunakan oleh platform dompet digital masih belum bisa menyaingi sistem keamanan transaksi digital perbankan. Pasalnya, akun dompet digital yang ada saat ini dapat dengan mudah diakses menggunakan perangkat berbeda dengan nomor ponsel yang berbeda pula.

Oleh karena itu, Alfons menyarankan pengguna dompet digital agar secara rutin memeriksa saldo yang tersimpan dan memperhatikan betul riwayat transaksi. Kemudian yang tak kalah penting adalah mengaktifkan otentifikasi dua faktor untuk mengamankan akun dari pembobolan atau pengambilahan.

Otentifikasi dua faktor ini biasanya menggabungkan penggunaan kata sandi atau PIN dengan kata sandi sekali pakai.

“Two factor authentication ini adalah cara yang setidaknya paling aman untuk mengamankan akun. Apabila password berhasil dibobol yang bisa mengamankan akun ya adanya OTP. Tinggal bagaimana pengguna saja tidak ditipu lewat rekayasa sosial untuk membagikan OTP-nya sembarangan,” katanya kepada Bisnis.

Selain itu, menurut Alfons pengguna tidak menyimpan atau menyambungkan kartu debit atau kartu kreditnya di akun dompet digital. Terlebih pada akun dompet digital yang layanannya tergabung dengan platform dagang el (e-commerce).

Dompet digital yang layanannya tergabung dengan platform e-commerce menurutnya jauh lebih rawan dibandingkan dengan dompet digital yang berdiri sendiri.

“Karena kartu tersebut berpotensi bobol juga apabila dompet digitalnya berhasil dibobol. Untuk dompet digital yang layanannya jadi satu dengan [platform] e-commerce ini tidak aman. Kalau akun [platform] e-commerce berhasil dibobol, akun dompet digitalnya otomatis [bobol],” tuturnya.

Alfons menambahkan pengguna juga sebaiknya tidak menekan (klik) tautan sembarangan untuk menghindari virus atau malware yang bisa mencuri data pribadi, termasuk kata sandi dan PIN. Selain itu, alangkah lebih baik juga pengguna, khususnya pengguna perangkat Android untuk memasang perangkat lunak antivirus.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper