Top 5 News Bisnisindonesia.id: Mundurnya Penerapan ASO hingga Prospek Penggalangan Dana Holding Ultramikro BRI

Duwi Setiya Ariyanti
Kamis, 12 Agustus 2021 | 16:07 WIB
Keluarga menonton televisi. - istimewa
Keluarga menonton televisi. - istimewa
Bagikan

Bisnis, JAKARTA— Penghentian siaran televisi analog ternyata tak bisa berjalan sesuai rencana. Hal itu mengancam kelangsungan bisnis penyedia siaran televisi lokal. Artikel tersebut merupakan satu di antara lima artikel pilihan editor di Bisnisindonesia.id. Simak selengkapnya.

Selain ulasan tentang kelanjutan bisnis siaran lokal, regulasi di Tanah Air di sektor pertambangan batu bara turut menjadi perhatian dengan sanksi yang mengintai perusahaan batu bara. Prospek moncer harga batu bara tak lantas memoles kinerja tahun ini karena ternyata pemerintah merilis aturan baru tentang kewajiban pasok kebutuhan dalam negeri. Berikut lima artikel pilihan editor Bisnisindonesia.id.

1. Jadwal ASO Terpental, Napas TV Lokal Tersengal

Analog switch off (ASO) yang kembali ditunda menjadi penanda kemunduran industri penyiaran nasional. Semestinya, siaran digital bisa menjadi penyelamat bisnis lembaga penyiaran swasta (LPS) lokal yang sudah di ujung tanduk akibat macetnya belanja pariwara selama pandemi.

Bagaimana tidak? Selama pagebluk menghajar Indonesia, pemasukan iklan televisi (TV) terkikis drastis, padahal advertorial expenditure (adex) bagaikan udara yang membuat LPS tetap bernapas.

Akibat terpelantingnya pendapatan dari iklan, efisiensi dan pivot pendapatan alternatif dari aktivitas siaran digital tadinya diharap-harapkan menjadi jalan keluar bagi problem industri pertelevisian nasional.

Dengan siaran digital, LPS—baik lokal maupun nasional—disebut dapat menghemat ongkos operasional. 

Sebab, satu infrastruktur siaran digital dapat menjangkau 12—13 siaran sekaligus, berbeda dengan analog yang hanya dapat menampung satu siaran per infrastruktur.

https://bisnisindonesia.id/article/jadwal-aso-terpental-napas-tv-lokal-tersengal

 

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Mundurnya Penerapan ASO hingga Prospek Penggalangan Dana Holding Ultramikro BRI

Sejumlah perusahaan batu bara terancam sanksi akibat ketentuan pasokan pasar domestik.

2. Awan Gelap di Industri Batu Bara, 34 Perusahaan Dikenai Sanksi

 

Sejumlah persoalan masih menggelayut di industri batu bara, yang menyebabkan penambang kesulitan memenuhi kewajiban pasok batu bara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO). Dukungan dari pemerintah pun diharapkan agar bisa segera mencarikan solusinya.

APBI menilai kesulitan-kesulitan tersebut harus segera dicarikan solusi, salah satunya dengan perbaikan manajemen pengadaan batu bara dari sisi pengguna. 

APBI juga mendorong agar dilakukan perbaikan secara struktural agar masalah kelangkaan pasokan batu bara tidak terus berulang lagi ke depannya.

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral resmi menerbitkan Keputusan Menteri ESDM No. 139.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batubara Dalam Negeri yang ditetapkan pada 4 Agustus 2021.

Rencana pengenaan sanksi tersebut sebenarnya sempat menimbulkan polemik karena di satu sisi diyakini akan memberikan jaminan keamanan pasokan batu bara domestik, tetapi di sisi lain aturan tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap iklim usaha.

https://bisnisindonesia.id/article/awan-gelap-di-industri-batu-bara-34-perusahaan-dikenai-sanksi

 

 

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Mundurnya Penerapan ASO hingga Prospek Penggalangan Dana Holding Ultramikro BRI

Harga minyak diproyeksi tetap menguat kendati OPEC+ diimbau menaikkan produksi.

3. Harga Minyak Makin Mahal Biarpun Pasokan Naik

Sentimen pendorong harga minyak pada perdagangan hari ini yaitu turunnya cadangan minyak mentah, mengacu pada laporan Energy Information Administration (EIA).

Dengan angka 438,8 juta barel, persediaan minyak mentah AS itu sekitar 6 persen di bawah rata-rata lima tahun terakhir. Menurut EIA, total persediaan turun 1,4 juta barel pada pekan lalu, sedangkan persediaan bahan bakar sulingan meningkat 1,8 juta barel.

Dalam Prospek Energi Jangka Pendek yang diterbitkan pada Selasa (10/8/2021), EIA menyebutkan permintaan bensin AS lebih tinggi dari yang diperkirakan selama Mei hingga Juli.

Adapun, pergerakan harga minyak hari ini bakal berada di rentang US$68,8 hingga US$65,5 per barel di level support dan US$69,8 hingga US$71,2 per barel di level resistance.

https://bisnisindonesia.id/article/harga-minyak-makin-mahal-biarpun-pasokan-naik

 

4. Minta Restu Pemegang Saham, Rights Issue BRI Bakal Sukses

Langkah rights issue yang bakal digelar oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dalam rangka pembentukan holding BUMN pembiayaan ultramikro atau Holding UMi diyakini bakal mendapatkan kepercayaan investor dan berhasil optimal.

Kontribusi investor publik berpotensi maksimal karena reputasi BRI yang sangat baik dalam pembiayaan dan pemberdayaan di segmen mikro nasional.

Oleh karena itu, kontribusi pemegang saham publik dalam penerbitan saham baru untuk pembentukan Holding UMi akan berada di kisaran Rp20 triliun hingga Rp40 triliun.

Adapun, suntikan dana segar utamanya akan dipergunakan bank berkode saham BBRI itu untuk memastikan kualitas kredit di segmen UMi dan UMKM. Menurutnya, hal itu sangat diperlukan mengingat segmen UMi dan UMKM adalah salah satu penopang ekonomi nasional.

Segmen tersebut membutuhkan stimulus yang maksimal di tengah masa-masa sulit seperti ini. Amin menilai segmen usaha tersebut adalah yang kinerjanya paling cepat pulih jika mendapat stimulus tepat, sehingga membutuhkan suntikan modal kerja yang tak kalah cepat.

https://bisnisindonesia.id/article/minta-restu-pemegang-saham-rights-issue-bri-bakal-sukses

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Mundurnya Penerapan ASO hingga Prospek Penggalangan Dana Holding Ultramikro BRI

Emas diproyeksi tak bakal berkilau pada sisa tahun 2021 akibat mulai pulihnya ekonomi.

5. Redup Potensi Emas di Tengah Pemulihan Ekonomi

Kilau harga emas yang kembali muncul pada perdagangan awal pekan ternyata tak mampu menghapus potensi meredupnya harga logam mulia di tengah pemulihan ekonomi yang makin solid.

Analis menilai penurunan harga emas dipicu akibat data lapangan kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat serta respons memborong dolar AS. Seperti diketahui, dolar AS dan emas memiliki hubungan yang berkebalikan. Ketika dolar AS menguat terhadap mata uang lain, emas akan jatuh karena harganya lebih mahal di mata uang lain dan melemahkan permintaan.

Imbal hasil riil diproyeksi makin mengarah ke positif dan ini menandakan penurunan untuk emas. Dia meyakini investor akan keluar dari ETF dan pasar berjangka. Dengan demikian, harga emas bisa jatuh ke level US$1.600 per ounce atau lebih rendah lagi.

Dari sisi permintaan, pada kuartal II/2021 menyentuh 955,1 ton atau turun 1 persen sehingga permintaan pada paruh pertama 2021 menyentuh 1.883,1 ton atau turun 10 persen secara tahunan.

https://bisnisindonesia.id/article/redup-potensi-emas-di-tengah-pemulihan-ekonomi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper