Bisnis.com, JAKARTA — Tren mengekor langgam bisnis para pemain besar yang sudah lebih dulu mapan di bidangnya, menjadi salah satu persoalan utama yang mengadang pertumbuhan dan pembuatan bisnis rintisan di Tanah Air.
Di tengah euforia ‘unikorn masuk bursa’ serta gembar-gembor kemajuan ekosistem industri startup lokal, Indonesia justru makin kesulitan mengembangkan variasi baru dalam vertikal/sektor bisnis rintisan.
Masih banyaknya persoalan yang menggelayuti industri startup nasional menjadi salah satu berita pilihan editor di Bisnisindonesia.id. Selain berita entrepreneurship, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.
Berikut top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Rabu (11/8/2021):
1. Relaksasi Telat, Pekerja Ritel & Manufaktur Rawan Tak Selamat
Dibukanya operasional 100% bagi pabrikan berorientasi ekspor serta kapasitas maksimal 25% untuk pusat perbelanjaan dikhawatirkan tidak akan berdampak signifikan terhadap risiko disrupsi penyerapan tenaga kerja di kedua sektor tersebut.
Pemulihan serapan tenaga kerja baik di sektor manufaktur maupun ritel lebih tergantung kepada pencapaian program vaksinasi Covid-19 serta keberhasilan penerapan protokol kesehatan yang ketat oleh semua pihak, ketimbang sekadar pelonggaran operasional.
Sampai dengan Juni 2021, Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia mencatat sebanyak 1,45 juta pekerja di sektor manufaktur diberhentikan ataupun dirumahkan. Sementara di sektor ritel, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia mengestimasikan sebanyak 10%—15% dari total 2 juta tenaga kerja sektor ritel akan dirumahkan dalam beberapa bulan ke depan akibat berkurangnya jam operasional setelah pemerintah memperketat PPKM.
Baca selengkapnya: https://bisnisindonesia.id/article/relaksasi-telat-pekerja-ritel-manufaktur-rawan-tak-selamat
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
2. Industri Startup Nasional Berarak Menuju Stagnasi
Indonesia dicatatkan hanya menyumbang delapan perusahaan rintisan (startup) yang dinilai mampu memberikan perubahan, padahal menurut catatan Startup Ranking, jumlah startup di Indonesia mencapai 2.219 perusahaan pada 2021 dan menduduki peringkat kelima dengan jumlah perusahaan rintisan terbanyak, setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.
Berdasarkan catatan Indef, masih banyak pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi agar Indonesia mampu menghadirkan ragam bidang rintisan baru, salah satunya adalah payung hukum yang melindungi ruang berekspresi masyarakat untuk membangun usaha yang berbeda.
Baca selengkapnya: https://bisnisindonesia.id/article/industri-startup-nasional-berarak-menuju-stagnasi
3. Anomali Saham Bukalapak (BUKA) dan Kekecewaan Investor Ritel
Saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) bergerak sangat dramatis sejak diperdagangkan pertama kali di bursa pada Jumat (6/8/2021) dan terus meroket bahkan terkena auto reject atas (ARA) pada dua hari perdagangan di bursa.
Namun, pergerakan saham BUKA tiba-tiba anjlok hingga terkena auto reject bawah (ARB) pada Selasa (10/8/2021).
Anomali pergerakan saham Bukalapak itu pun memancing sejumlah investor ritel mengemukakan kekecewaannya. Kolom komentar dan pemberian penilaian aplikasi Bukalapak di google playstore diisi oleh keluhan para investor ritel.
Baca selengkapnya: https://bisnisindonesia.id/article/anomali-saham-bukalapak-buka-dan-kekecewaan-investor-ritel
4. Melihat Para Juara e-Mobility Global
Menjelang pagelaran Munich Mobility Show, 7-12 September 2021, isu perkembangan e-mobilitas makin kencang beredar.
Tentu saja, semakin banyak kendaraan dengan penggerak listrik yang masuk ke pasar dunia. Mereka adalah faktor penting dalam mencapai tujuan iklim Paris yang telah diikuti oleh 195 negara di seluruh dunia, dan dalam membuat mobilitas netral-iklim selambat-lambatnya pada 2050.
Di mana mobil listrik paling banyak di jalanan di dunia, di mana pasar tumbuh tercepat, dan di mana mobil listrik memiliki pangsa tertinggi?
Baca selengkapnya: https://bisnisindonesia.id/article/melihat-para-juara-emobility-global
Salah satu fasilitas produksi industri makanan./dok. Kemenperin
5. Jepang Akui Sertifikasi Halal RI, Angin Segar Ekspor Mamin
Jepang digadang-gadang menjadi pasar prospektif bagi ekspor produk halal Indonesia dalam beberapa tahun ke depan, didorong oleh kepercayaan warga Negeri Sakura terhadap aspek kesehatan serta legalitas produk halal.
Atase Dagang KBRI Tokyo Arief Wibisono mengatakan Jepang telah memiliki keberterimaan terhadap sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Di sisi lain, Indonesia telah menargetkan pertumbuhan senilai US$2 miliar untuk ekspor produk bumbu dan rempah yang rencananya akan dipasok ke sejumlah negara sebagai bagian dari upaya memperluas pasar produk halal pada 2024 mendatang, termasuk salah satunya Jepang.
Baca selengkapnya: https://bisnisindonesia.id/article/jepang-akui-sertifikasi-halal-ri-angin-segar-ekspor-mamin