Belanja TIK Masih Ditopang Pemerintah dan Swasta

Akbar Evandio
Rabu, 14 Juli 2021 | 19:33 WIB
Ilustrasi work from home/istimewa
Ilustrasi work from home/istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA–Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai besarnya belanja teknologi, informasi, dan telekomunikasi atau TIK di Indonesia sepanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat ditopang berbagai proyek pemerintah dan swasta.

“Untuk swasta PPKM Darurat menjadi katalis penambahan pengeluaran anggaran perusahaan untuk aplikasi konferensi video, dan sebagian ada yang menyubsidi pulsa karyawan,” katanya, Rabu (14/7/2021).

Lebih lanjut, dia menjelaskan, belanja TIK untuk keluarga akan meningkat untuk kebutuhan akses internet dan penambahan kecepatan jaringan, serta kebutuhan ponsel pintar atau laptop dan berlangganan internet kabel.

Sementara itu, untuk sisi pemerintah akan berfokus pada proyek transformasi digital dan layanan publik oleh negara, serta bertumbuhnya kelas menengah yang berdaya beli.

“Industri TIK saat ini dan beberapa tahun ke depan kemungkinan tumbuh sekitar 8 persen per tahun. Angka ini memang belum sebaik tahun-tahun sebelumnya ketika tumbuh di atas dua digit,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa terjadi percepatan digitalisasi, terutama selama pandemi ketika bisnis dan konsumen mengalihkan perilaku dan pengeluaran mereka ke platform digital dalam menanggapi krisis.

Menurutnya, bisnis, dari UKM hingga Usaha Besar, terlihat semakin memikirkan dan mempertimbangkan kembali kemampuan digitalnya. Untuk itu, diperlukan strategi untuk tetap kompetitif dengan akses dan pergerakan terbatas yang tersedia di pasar.

Ke depan, Heru melihat bahwa strategi digital atau teknologi informatika (TI) tidak hanya tentang teknologi yang memungkinkan untuk efisiensi dan produktivitas, tetapi juga menghubungkan dan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan.

Berdasarkan laporan dari International Data Corporation (IDC), diperkirakan pengeluaran atau belanja TIK di Indonesia akan tumbuh lebih dari 8 persen, atau mencapai US$30,1 miliar pada 2021 dan US$33,9 miliar di 2024.

Dalam laporannya, IDC menyebut ada tiga sektor yang memiliki pembelanjaan teknologi informasi paling besar, yaitu telekomunikasi, perbankan, dan manufaktur dengan masing-masing memiliki kontribusi sebesar 21,6 persen, 16,1 persen, dan 15,1 persen.

Selain itu, investasi TIK juga akan mengalir di sektor telekomunikasi karena keadaan kembali normal, dengan pertumbuhan yang diharapkan sebesar 5,7 persen pada 2021.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Editor : Lili Sunardi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper