Bisnis.com, JAKARTA - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menargetkan membangun stasiun bumi atau ground segment di 20.000 titik pada 2022 dan 50.000 titik pada 2023.
Secara total, saat Satelit Multifungsi Satria meluncur pada 2023, sudah terdapat sekitar 70.000 stasiun bumi yang siap menerima sinyal internet.
Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan saat ini pembangunan Satelit Multifungsi Satria terus dilakukan di Prancis dan Amerika Serikat. Saat proses pembuatan satelit dilakukan di luar negeri, secara bersamaan Bakti akan menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan di dalam negeri, salah satunya adalah stasiun bumi.
“Ground segment sendiri itu akan dikembangkan mulai 2022. Dicicil sebelum satelit ini meluncur. Pada 2022 kami menyiapkan di 20.000 lebih titik,” kata Anang kepada Bisnis.com beberapa waktu lalu.
Sekadar informasi, stasiun bumi adalah infrastruktur telekomunikasi yang dibangun di bumi untuk berkomunikasi dengan pesawat luar angkasa atau menerima gelombang radio dari luar angkasa.
Stasiun Bumi adalah bagian dari sistem transmisi satelit dan berfungsi sebagai stasiun terminalnya; yaitu pengubah signal base band dan/atau signal frekwensi suara, menjadi signal dengan frekwensi radio, dan sebaliknya.
Anang menambahkan pada 2023, Bakti berencana membangun 50.000 titik stasiun bumi, sehingga total stasiun bumi saat itu mencapai 70.000 titik.
“Jadi ketika Satelit Satria dinyalakan, 70.000 titik itu langsung bisa terhubung dengan internet. Jadi dengan pembangunan satelit yang panjang, kami siasati membangun ground segment dahulu,” kata Anang.
Adapun sisanya, sekitar 80.000 titik, kata Anang, akan dibangun pada 2024. Anang menargetkan pada 2024 sebanyak 150.000 titik telah memiliki stasiun bumi.
Pengadaan stasiun bumi dilakukan dengan lelang. Bakti rencananya hanya akan membayar Operating Expenditure (Opex) dari stasiun bumi yang digunakan.
Sekadar informasi, saat ini pemerintah bekerja sama dengan konsorsium PSN sedang membangun Satelit Multifungsi Satria. Satelit berkapasitas data besar atau high throughput satellites (HTS) itu rencananya mengorbit pada kuartali III/2023.
Satria memiliki kapasitas sebesar 150 Gbps, dan rencananya akan menyuntikan internet ke 150.000 titik, dengan perincian 3.700 titik fasilitas kesehatan; 93.900 titik sekolah dan pesantren; 47.900 titik kantor desa dan kelurahan; dan 4.500 titik layanan publik lainnya. Setiap titik, minimal dapat mengakses internet dengan kecepatan sebesar 1 Mbps.
Pembangunan Satelit Satria I memiliki nilai proyek sekitar Rp7 triliun. Adapun jika ditambah dengan biaya peluncuran, asuransi, dan pengoperasian satelit selama 15 tahun di orbit, dana yang dibutuhkan sekitar Rp21 triliun.