Bisnis.com, JAKARTA—Melonjaknya kasus Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat tidak akan menghambat pengerjaan infrastruktur teknologi informasi yang telah direncanakan pemerintah.
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak mengganggu pengerjaan proyek infrastruktur yang akan dibangun tahun ini dan tahun depan.
“Infrastruktur strategis tetap berjalan seperti biasa,” kata Johnny kepada Bisnis, Sabtu (10/7).
Sekadar informasi, berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nomor 2/2021 tentang Rencana Strategi Kemenkominfo 2020—2024, terdapat beberapa proyek strategis nasional yang bakal dibangun pada 2021—2022.
Beberapa proyek infrastruktur strategis tersebut meliputi Pusat Data Nasional, Satelit Multifungsi Satria I, dan pembangunan base transceiver station (BTS) 4G di desa-desa.
Johnny mengatakan, saat ini proses pembangunan BTS 4G di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) sedang berjalan. Pembangunannya sendiri dibagi menjadi lima paket pengerjaan yang dilakukan bersama pihak ketiga.
Pengadaan BTS 4G sendiri memiliki nilai proyek sebesar US$500 juta. Dana yang digunakan untuk proyek ini berasal dari universal service obligation (USO), APBN, dan Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP) sektor Kominfo.
Pada Januari 2021, Kemenkominfo telah menandatangani nota kesepahaman dengan konsorsium yang terdiri dari Fiberhome, Telkom Infra, dan Multitrans Data untuk pengadaan BTS 4G paket 1 dan 2.
Wilayah jangkauan untuk paket 1 dan 2 meliputi non-Papua, seperti Sumatra, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Maluku. Terdapat 2.700 titik yang akan di bangun BTS 4G di wilayah tersebut.
Pembangunan BTS 4G di sana merupakan bagian dari upaya Kemenkominfo untuk menghadirkan 4G di 12.548 desa yang belum mendapat akses internet. Targetnya, belasan ribu desa bisa mendapat akses 4G pada 2022, atau 10 tahun lebih cepat dari yang waktu seharusnya.
“Pembangunan infrastruktur TIK [teknologi informasi dan komunikasi] sedang berjalan di lapangan pada 5 paket di daerah 3T,” kata Johnny.
Selain itu, kata Johnny, pembangunan Satelit Satria juga masih berlangsung di Prancis. Satelit Satria I dengan kapasitas 150 Gbps akan menyuntikan internet ke 150.000 titik di seluruh Indonesia.
Pembangunan Satelit Satria I memiliki nilai proyek mencapai Rp7 triliun. Jika ditambah dengan biaya peluncuran, asuransi, dan pengoperasian satelit selama 15 tahun di orbit, dana yang dibutuhkan sekitar Rp21 triliun.
Dana tersebut rencananya akan dibayarkan secara bertahap oleh pemerintah kepada mitra konsorsium, sesuai dengan pelayanan yang diberikan. Satelit Satria sendiri ditargetkan mengorbit pada kuartal III/2023.
Kemudian mengenai pusat data nasional, pembangunannya juga akan tetap dilakukan pada 2022. Pemerintah telah menunjuk 4 lokasi untuk pembangunan pusat data nasional, yaitu Jawa Barat, Batam, Kalimantan Timur, dan Labuan Bajo. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2025.
Secara teknis, pusat data nasional akan memiliki prosesor sebanyak 42.000 cors dan kapasitas penyimpanan sebesar 72 Petabyte (PB) atau setara dengan 72.000 Terabyte (TB).
Johnny menuturkan, pemerintah saat ini tidak hanya fokus dalam membangun infrastruktur, tetapi juga berupaya terus meningkatkan kualitas digital masyarakat dengan menggelar pelatihan digital untuk 12,5 juta orang.
“Upaya tersebut dilakukan melalui Gerakan Nasional Literasi Digital SiBerKreasi secara nasional dan Digital Talent Scholarship,” kata Johnny.