Bisnis.com, JAKARTA — Platform dagang elektronik (e-commerce) di Indonesia, diyakini akan mendapat efek positif terlebih saat pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jawa dan Bali.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan meskipun terpaut periode sementara dan terbatas, maka memang akan ada lonjakan transaksi secara situasional, khususnya untuk barang-barang kesehatan seperti oksigen, susu beruang, dan lainnya.
Namun, Edward meyakini sebenarnya PPKM Darurat memberikan momentum bagi pemain untuk meraup pengguna baru. Hal ini dikarenakan kebiasaan masyarakat yang makin melekat untuk melakukan kegiatan belanja melalui platform dagang-el.
“Peningkatan pengguna baru bisa meningkat hingga lebih dari 5 persen berawal karena terpaksa yang nantinya menjadi kebiasaan baru,” katanya, Senin (5/7/2021).
Lebih lanjut, dia menjelaskan saat ini mayoritas konsumen masih terfokus di kota besar, yaitu tier 1, sehingga faktor PPKM Darurat bisa mendorong pengguna di kota tier 2 untuk mengadopsi platform dagang-el.
Namun, dia mengatakan PPKM Darurat juga memberikan indikasi adanya perang inovasi antar pemain dagang elektronik. Pasalnya, keterbatasan logistik tengah terjadi sehingga akan ada kolaborasi dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat agar pasokan barang bisa terus berjalan.
“Kolaborasi dan inovasi jadi kunci agar mereka bisa bertumbuh pada momentum PPKM Darurat ini,” ujarnya.
Senada Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri Sirait mengatakan kehadiran dagang-el saat ini telah menjadi sistem pendukung bagi masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan secara aman dan nyaman dari rumah.
Adapun, dari setiap pemain salah satu upaya pemain untuk menggaet konsumen lebih banyak dengan meluncurkan ragam inovasi tertentu sehingga perang inovasi menjadi ajang tiap pemain untuk memimpin pasar.
“Makna [PPKM Darurat] itu tentu agar kreativitas [pemain] bisa muncul, karena pembatasan ini memberikan keterbatasan kondisi yang bisa menjadi peluang,” ujarnya.
Berdasarkan riset Google, Temasek, dan Bain, pada 2025 nilai ekonomi digital di Indonesia diproyeksi naik 23 persen menjadi US$124 miliar yang didorong atas transaksi bruto (gross merchandise value/GMV) di lima sektor, yakni dagang elektronik, berbagi tumpangan (ride-hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, travel daring, serta teknologi finansial.
Sementara itu, di Asia Tenggara, GMV dagang elektronik diprediksi melonjak 63 persen secara tahunan (yoy) menjadi US$62 miliar pada 2020 dan naik 23 persen menjadi US$172 miliar pada 2025.